Oleh: Dr. Akhmad Yunani, S.E., M.T.
Head of the Division of Research and Development | Supply Chain Indonesia
Bisnis logistik merupakan salah satu sektor usaha yang saat ini memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Peran perusahaan logistik di tanah air juga akan terus berkembang seiring pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik. Perkembangan tersebut harus didukung dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk mencapai sistem logistik yang efektif dan efisien. Pencapaian itu dipengaruhi oleh keadaan Indonesia yang memiliki 17.504 pulau, 225 juta penduduk dan sumber daya alam yang melimpah seperti minyak, gas, batubara, dan kelapa sawit. Potensi komoditas Indonesia yang beragam juga menjadi peluang industri logistik. Keadaan ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah pasar yang menjanjikan dengan kekayaan sumber daya yang dimiliki.
Sektor logistik juga menghadapi tantangan internasional. Penawaran dan permintaan distribusi telah menjadi isu krusial dan membutuhkan sistem distribusi yang handal. Perdagangan kesepakatan bebas di ASEAN mengarah ke pasar yang lebih kompetitif. Harapan pelanggan adalah barang dan jasa yang ditawarkan dapat meningkat dan mendapatkan biaya yang lebih rendah. Untuk menghadapi situasi tersebut, Indonesia membutuhkan kinerja logistik yang unggul sehingga dapat mengamati seberapa jauh kinerja sektor logistik Indonesia. Kinerja sektor logistik suatu negara dibandingkan dengan sektor logistik di negara lain di dunia dapat diidentifikasi dengan menggunakan Indeks Logistik Kinerja (LPI). LPI adalah rata-rata tertimbang country skor pada enam dimensi kunci yang terdiri dari efisiensi proses kliring, kualitas perdagangan dan transportasi infrastruktur terkait, kemudahan mengatur pengiriman, kompetensi dan kualitas logistik jasa (kemampuan untuk melacak kiriman dan ketepatan waktu pengiriman) dalam mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan waktu pengiriman.
Saat ini, tren yang sedang berkembang adalah kepastian (certainty), komparabilitas (comparability), dan ukuran (measurability).
Perkembangan sektor logistik Indonesia memerlukan perlindungan hukum yang kuat. Sinkronisasi antara peraturan dan hukum di Indonesia masih rendah, peraturan dan perundang-undangan harus disiapkan dalam perspektif logistik sehingga tidak ada tumpang tindih dalam pelaksanannya dan sebagai arahan yang jelas bagi pembangunan logistik dimasa depan. Perlu adanya perbandingan antara peraturan dan perundang-undangan yang dimiliki dengan peraturan negara lain sesuai dengan kebutuhan. Untuk peraturan dan realisasi hukum, penegakan diperlukan agar hukum dan peraturan dapat dilaksanakan secara efektif (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kepemilikan Modal Republik Indonesia, 2008).
Berfokus pada enam pendorong utama kinerja logistik Indonesia, langkah pertama yang tepat adalah peningkatan Logistics Performance Index (LPI). Untuk meningkatkan LPI perlu adanya perencanaan yang sistematis dan terintegrasi melibatkan para pihak terkait.
Ada empat cara untuk meningkatkan enam pendorong utama, ini adalah perbaikan kebijakan (undang-undang dan peraturan), optimalisasi dan pemanfaatan investasi (untuk infrastruktur dan teknologi informasi dan komunikasi), pengembangan dan pelatihan, serta peluang usaha (untuk manajemen sumber daya manusia dan LSP) dan pengembangan produksi juga marketing (untuk komoditas utama).
Market size industri logistik di Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut.
Peluang bisnis logistik di Indonesia juga dapat dilihat dari data Kemenhub tahun 2016 tentang target pembangunan infrastruktur transportasi tahun 2015-2019 yang sampai saat ini belum terlaksana dengan optimal. Target pem-bangunan infrastruktur antara lain: pembangunan BRT di 34 kota dengan pengadaan 3.170 bus, penerapan teknologi ATCS di seluruh ibu kota provinsi, pembangunan pelabuhan penyebrangan di 65 lokasi, pembangunan jalur KA 3.258 km di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua, pengembangan 100 pelabuhan non komersial, pembangunan 103 kapal perintis, pembangunan/ pengembangan bandara di 100 lokasi, dan lain-lain. Melihat data tersebut, terlihat bahwa peluang perkembangan bisnis logistik masih sangat banyak. Saat ini, banyak perusahaan BUMN yang mempunyai anak cucu perusahaan yang bergerak dibidang logistik, seperti PT Pos Indonesia mempunyai anak perusahaan Pos Logistik, lalu Integrasi Logistik, hal tersebut menyulitkan perusahaan swasta untuk bersaing. Melihat fenomena tersebut, perlu adanya regulasi yang mengatur, jadi tidak semua perusahaan BUMN bisa membuat anak cucu perusahaan semau mereka, perlu adanya koordinasi dan sinkronisasi antar induk perusahaan dan anak cucu perusahaan, apalagi jika membuat anak perusahaan yang diluar domain induk perusahaan, misal perusahaan logistik membuat perhotelan.
Perlu adanya mapping pasar logistik per sektor, per wilayah, per layanan, dan per komoditas. Sesuai dengan paradigma ship follows the trade maka komoditas merupakan penghela (driver) dari seluruh kegiatan logistik. Namun, komoditas penggerak utama (key commodities) menjadi faktor penting dalam penetapan kebijakan logistik nasional yang hingga saat ini belum ditetapkan.
Pencapaian atau efektivitas implementasi yang belum optimal, yang dapat dilihat dari pencapaian road map, tahapan implementasi, dan rencana aksi yang tidak sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan. Implementasi Sislognas belum optimal, sehingga perlu revisi terhadap Sislognas tersebut, termasuk pencapaian target.
Aspek koordinasi merupakan aspek yang sangat penting namun rumit, karena sistem logistik bersifat multisektoral. Kebutuhan perencanaan yang lebih terintegrasi karena sistem logistik yang bersifat multisektoral. Pembinaan dan pengembangan sektor logistik ada di bawah beberapa kementerian dan lembaga. Maka dari itu, perlu adanya integrasi perencanaan yang mencakup perencanaan antar kementerian/lembaga hingga perusahaan-perusahaan BUMN terkait.
Posisi BAPPENAS dalam struktur Kabinet sangat tepat saat ini, namun perlu didorong dalam pengintegrasian perencanaan tersebut.
7 April 2017
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Perkembangan Bisnis Logistik Indonesia (694.9 KiB, 2,118 hits)