Solopos.com, SOLO — Kini mengemuka fenomena gunung es kekeroposan infrastruktur perusahaan rintisan digital. Fakta ini harus selekasnya diperbaiki. Menguatkan regulasi dan mendampingi perusahaan rintisan digital penting agar tidak ada lagi pekerja yang menjadi korban.
Fenomena pemutusan hubungan kerja atau PHK di banyak perusahaan rintisan digital belakangan ini harus jadi alarm bahwa kebanggaan atas perkembangan perusahaan rintisan digital harus disertai pembangunan fondasi dan infrastruktur yang kuat.
Pemerintah terus mendorong pengembangan ekosistem start-up atau perusahaan rintisan digital yang potensial mengembangkan dan memberdayakan ekonomi digital sebagai pilar baru perekonomian nasional. Penjelasan lengkap bisa dibaca di Kekeroposan Perusahaan Rintisan Digital Mirip Fenomena Gunung Es.
Di tengah ibu kota Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, dahulu terdapat stasiun aktif yang dilewati trem kuda dari Kota Solo pada 1892 hingga beberapa tahun setelahnya. Stasiun itu adalah Stasiun Boyolali atau Stasiun Boyolali Pasar, yang kini jejaknya hampir tak terlihat.
Trem kuda tersebut dioperasikan oleh Solosche Tramweg Maatschappij (SoTM), perusahaan kereta api di zaman pemerintahan Hindia Belanda. Asal usul SoTM sangat tidak jelas, namun tercatat mendapat izin pada 1890 dan mulai mengoperasikan jalur pertamanya pada tanggal 8 Agustus 1891. Kisah lengkap bisa dibaca di Kenangan Stasiun Boyolali, Terminus Trem Kuda dari Solo.
Ekonomi platform atau ekonomi digital dengan model kerja gig atau kemitraan di sektor layanan transportasi, pengiriman barang/makanan, pengerjaan tugas mikro, dan pembuatan konten kreatif berkembang pesat tanpa disertai perlindungan bagi gig workers atau mitra.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://www.solopos.com/pengembangan-startup-digital-butuh-dukungan-regulasi-dan-pendampingan-1341934?utm_source=sidebar_desktop
Salam,
Divisi Informasi