Oleh: Dr. Zaroni, CISCP., CFMP., CMILT.
Head of Consulting Division
Supply Chain Indonesia
Model pemosisian pasokan atau supply positioning model memberikan panduan bagi manajer dalam memilih metode pembelian (procurement) barang sesuai prioritas dengan biaya dan waktu yang lebih efisien, dan membantu manajer dalam mengembangkan strategi pasokan barang.
Pengertian supply positioning model
Supply positioning model merupakan model strategi pengelolaan pasokan barang dengan menggunakan parameter pengeluaran (expenditure) belanja pembelian barang dan pengaruh risiko atau kesempatan yang hilang bila pasokan barang tidak terpenuhi.
Dengan supply positioning model, manajer memberikan penilaian bobot kepentingan setiap barang dan jasa yang dibeli dengan mempertimbangkan dua faktor. Pertama, tingkat pengeluaran belanja tahunan untuk pembelian barang. Di sini, manajer mengelompokkan barang mengikuti aturan pareto, yang menyatakan bahwa 20% dari barang yang dibeli akan menyerap sekitar 80% dari total pengeluaran perusahaan. Sementara, sisa 80% dari jenis pembelian barang perusahaan hanya menyerap sekitar 20% dari total pengeluaran.
Selain pareto, manajer dapat menggunakan sistem ABC, di mana jenis barang “A” umumnya mencakup sekitar 60% sampai 70% dari pengeluaran total. Sementara, jenis barang “B” sekitar 20%-30% dari total pengeluaran, dan jenis barang “C” mencapai sekitar 10%-15% dari pengeluaran total.
Kedua, dampak, peluang, dan risiko pasokan atau Impact, Supply Opportunity, dan Risk (IOR). Peringkat gabungan ini menunjukkan, apa pengaruhnya terhadap perusahaan jika manajer tidak dapat memenuhi target pasokan perusahaan untuk jenis barang tersebut. Ini juga mengukur sejauh mana kondisi pasar pasokan barang akan mengharuskan manajer untuk melakukan upaya tertentu, baik untuk menghindari risiko gagal memenuhi target pasokan dan/atau memanfaatkan peluang pasokan yang akan memungkinkan perusahaan untuk lebih kompetitif.
Bagaimana menggunakan supply positioning model?
Supply positioning model memetakan jenis barang ke dalam empat kuadran, berdasarkan parameter tingkat pengeluaran (expenditure) belanja pembelian barang dan pengaruh, peluang, dan risiko pasokan barang terhadap kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Pada grafik tersebut, pengeluaran (expenditure) diplot pada sumbu horisontal. Saat kita bergerak dari kiri ke kanan, tingkat pengeluaran meningkat. 20% jenis barang yang mewakili 80% pengeluaran terletak di sisi kanan sumbu ini. 80% jenis barang lainnya yang menyerap 20% sisa pengeluaran terletak di sisi kiri.
Peringkat IOR untuk setiap jenis barang diplot pada sumbu vertikal. Di sini, manajer dapat memosisikan jenis barang berdasarkan peringkat IOR pada salah satu dari empat kategori: H (high), M (moderate), L (low), dan N (negligible).
Dengan keterangan, H bila pengaruh jenis barang terhadap IOR adalah tingg. M pengaruhnya sedang, L rendah, dan N dapat diabaikan atau tidak berpengaruh terhadap IOR. Untuk memahami bagaimana supply positioning model memengaruhi strategi pasokan, kita akan membagi grafik menjadi empat kuadran, seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut.
Di sini, setiap kuadran mewakili pembelian jenis barang dengan set fitur yang berbeda. Masing-masing kuadaran juga memerlukan pendekatan yang berbeda untuk pembelian dan pasokan perusahaan.
Sekarang kita akan mengeksplorasi karakteristik masing-masing dari empat kuadran supply positioning model. Karakteristik yang dijelaskan untuk kuadran tertentu akan berlaku untuk sebagian besar produk dan layanan yang ditempatkan di dalamnya.
- Karakteristik kuadran rutin (routine)
Kuadran ini dicirikan oleh tingkat dampak/peluang/risiko (IOR) yang rendah dan tingkat pengeluaran yang rendah. Produk dan jasa di kuadran ini akan memiliki tingkat IOR yang rendah karena produk standar dan tersedia dari banyak sumber pasokan. Selain itu, total uang yang dibelanjakan untuk barang-barang ini relatif rendah. Karena itu, manajer tidak perlu terlalu memperhatikan saat membelinya. Biasanya, perusahaan memiliki banyak jenis barang standar di kuadran rutin. Contohnya alat tulis kantor, layanan kebersihan, atau material standar. - Karakteristik kuadran leverage
Kuadran ini dicirikan oleh rendahnya tingkat IOR yang dikombinasikan dengan tingkat pengeluaran yang tinggi. Ini mirip dengan kuadran rutin dalam arti bahwa pembelian akan dilakukan untuk barang-barang yang standar dan mudah tersedia dari banyak pemasok. Namun berbeda dengan kuadran rutin karena pengeluaran belanja tahunan jenis barang kuadran ini berada pada tingkat lebih tinggi. Ini berarti bahwa bisnis perusahaan akan lebih menarik bagi pemasok, yang pada gilirannya dapat memberi kita beberapa “leverage” dalam hal posisi negosiasi yang lebih baik, terutama untuk menekan harga serendah mungkin.
Penting untuk disadari bahwa apa yang merupakan jenis barang rutin untuk satu perusahaan mungkin menjadi jenis barang leverage untuk perusahaan lain. Tingkat pengeluaran tahunan (dan bukan harga masing-masing produk) akan menentukan perbedaannya. Mobil van pengiriman, misalnya, cenderung menjadi jenis barang leverage untuk perusahaan pengiriman tetapi tidak untuk perusahaan bidang usaha lain yang hanya membeli beberapa unit van.
Kuadran leverage adalah posisi jenis barang yang menarik. Dalam kasus terbaik tergantung pada ukuran perusahaan, perusahaan memiliki daya tawar yang signifikan, dan banyak pemasok tertarik untuk menjadi mitra bisnis perusahaan. - Karakteristik kuadran bottleneck
Jenis barang bottleneck ditandai dengan risiko tinggi dan pengeluaran tahunan yang rendah. Jenis barang ini sangat terspesialisasi dan hanya tersedia dari beberapa pemasok. Misalnya, desain produk didasarkan pada teknologi baru, atau bergantung pada komponen dengan toleransi yang sangat ketat.
Barang-barang non-teknis juga dapat menjadi bottleneck ketika barang-barang tersebut mengalami kekurangan pasokan dan ketiadaannya dapat mempengaruhi perusahaan secara signifikan. Dalam hal ini, ketersediaan yang berkurang adalah penyebab risiko tinggi bagi perusahaan.
Pasokan barang-barang yang mengalami bottleneck akan menimbulkan risiko yang signifikan bagi perusahaan, tetapi manajer memiliki sedikit kemampuan untuk memberikan pengaruh atas pasokannya karena tingkat pengeluaran perusahaan rendah, dan oleh karena itu tidak terlalu menarik bagi pemasok. Akibatnya, jenis barang bottleneck akan memerlukan banyak perhatian manajer. - Karakteristik kuadran penting (critical)
Seperti bagi jenis barang-barang yang berada di kuadran bottleneck, risiko bagi perusahaan dalam hal jenis barang-barang penting adalah signifikan. Sementara barang-barang jenis ini, tingkat pengeluaran perusahaan lebih tinggi. Oleh karena itu, manajer memiliki kemampuan yang lebih besar untuk memengaruhi pasokan. Jenis barang-barang penting cenderung menjadi dasar untuk strategi diferensi produk perusahaan atau untuk mencapai keunggulan biaya, dan karena itu dapat menjadi kontributor utama terhadap profitabilitas perusahaan.
Contoh jenis barang penting seperti material dan peralatan utama di beberapa industri yang didasarkan pada teknologi baru dan dirancang secara individual. Dalam kasus ini, setiap penyimpangan dari material yang diperlukan dapat memiliki konsekuensi serius bagi efisiensi dan efektivitas proses secara keseluruhan.
Referensi:
- Carlos Mena, Remko van Hoek and Martin Christopher, 2021. Leading Procurement Strategy Driving value through the supply chain, Kogan Page.
- International Trade Center, The Chartered Institute of Purchasing & Supply, 2010.
30 Agustus 2022
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Supply Positioning Model (Bagian 1 dari 2 Tulisan) (1.5 MiB, 179 hits)