JAKARTA – Pembatasan waktu pengisian BBM bersubsidi jenis diesel atau solar diprediksi dapat memangkas pendapatan angkutan truk logistik jarak jauh hingga 25%.
Direktur Inprase Group Sugi Purnoto mengatakan jika sebelumnya truk jarak jauh Jakarta-Surabaya mampu bolak balik 5-6 rit per bulan, adanya pembatasan ini memangkas rit menjadi 4-5 kali.
Pembatasan waktu pengisian solar bersubsidi, ucapnya, hanya akan menambah kendala waktu bagi angkutan truk. Antrean yang panjang di SPBU pada waktu pembukaan bisa berlangsung hingga berjam-jam. “Ini merugikan,” katanya, Senin (11/8).
Menurutnya, dampak penurunan rit angkutan logistik jarak jauh akan menggerus pendapatan para pengusaha truk hingga 25%.
Chairman Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi mengatakan pemerintah harus mengalihkan anggaran dari efesiensi penggunaan BBM bersubsidi kepada peningkatan investasi infrastruktur menjadi 7,5%-10% dari produk domestik bruto (PDB) nasional.
Menurutnya, penerapan subsidi BBM membuka potensi penyalahgunaan tetapi pembatasan penjualan BBM bersubsidi bisa berdampak pada efisiensi pengangkutan barang.
Oleh karena itu, imbuhnya, pencabutan subsidi BBM harus dialihkan kepada pembangunan dan pengembangan infrastuktur logistik yang menjadi salah satu masalah utama dalam kelancaran arus barang. “Efesiensi yang diperoleh bisa menjadi kompensasi kenaikan harga BBM setelah pencabutan subsidi,” katanya.
Dia menuturkan bila investasi infrastuktur di Indonesia menjadi 7,5%-10% dari PDB, negeri ini akan mulai menyamai investasi infrastuktur di India sekitar 7,5% PDB dan China sekitar 10% dari PDB mereka.
Sumber dan berita selengkapnya:
Bisnis Indonesia, edisi cetak 12 Agustus 2014