Oleh: Setijadi | Chairman of Supply Chain Indonesia
Banjir pada minggu keempat bulan Januari 2014 mengakibatkan kerusakan jalan pada beberapa lokasi di Jalur Pantura, antara lain di Jawa Tengah (Pemalang, Kendal, Semarang, Jepara, Kudus, Pati) dan Jawa Barat (Pamanukan, Indramayu, Subang, Karawang, Bekasi). Kerusakan jalan tersebut sangat mempengaruhi proses distribusi komoditas, termasuk komoditas bahan pokok seperti beras, yang sebagian besar dilakukan dengan truk.
Pemilihan penggunaan truk untuk distribusi komoditas ini dilakukan karena truk mempunyai tingkat aksesibilitas yang tinggi, yaitu bisa langsung mencapai sentra-sentra produksi hingga ke sentra-sentra perdagangan. Keunggulan truk lainnya adalah fleksibilitas waktu.
Kerusakan dan gangguan (seperti banjir) terhadap jalan raya akan menghambat bahkan memutus distribusi komoditas bahan pokok dari beberapa wilayah menuju Jakarta karena hampir semua komoditas bahan pokok tersebut dilakukan dengan truk melalui jalan raya. Berbagai pihak perlu mempertimbangkan dan memfasilitasi penggunaan moda alternatif dalam pendistribusian komoditas, yaitu transportasi kereta api dan transportasi laut.
Transportasi kereta api relatif lebih aman terhadap banjir dibandingkan transportasi jalan raya di Pulau Jawa pada saat ini. Kereta api juga mempunyai keunggulan berupa kapasitas pengangkutan yang besar dan biaya pengangkutan yang murah (untuk jarak 500-1.500 km). Potensi lainnya akan diperoleh dari hasil pembangunan rel ganda lintas utara Jawa yang diperkirakan akan dapat meningkatkan frekuensi dan kapasitas kereta api sebesar 200-300%.
Transportasi laut merupakan moda yang paling murah dibandingkan moda-moda transportasi lainnya, sehingga sangat sesuai untuk pengangkutan komoditas pokok. Pengiriman komoditas dengan transportasi laut (kapal) perlu dikembangkan sebagai implementasi dari konsep short sea shipping (SSS) yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Pantai Utara Jawa.
Penggunaan transportasi kereta api sebagai moda alternatif untuk pengangkutan komoditas harus didukung dengan pengembangan fasilitas dan aspek-aspek pendukung sebagai berikut:
a. Penyediaan fasilitas pendukung yang memadai, seperti terminal yang dilengkapi dengan peralatan bongkar muat dan gudang penyimpanan.
b. Peningkatan manajemen pelayanan kereta api untuk pengangkutan barang, termasuk komoditas pokok, terutama mengenai ketepatan waktu dan pengintegrasian dengan moda lainnya (multimoda).
c. Pengintegrasian penggunaan kereta api dengan fasilitas Cikarang Dry Port (CDP) dalam pendistribusian komoditas pokok untuk wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.
Penggunaan kereta api untuk pengiriman komoditas hanya dapat dilakukan secara terencana, baik volume maupun waktunya. Di lain sisi, komoditas pokok biasanya dihasilkan di sentra-sentra produksi oleh beberapa pelaku dengan volume masing-masing yang relatif kecil. Oleh karena itu, diperlukan suatu pihak (badan atau perusahaan) yang bertindak sebagai konsolidator. Konsolidator ini yang berhubungan dengan para produsen komoditas untuk melakukan perencanaan produksi dan penanganan (terutama pengumpulan) hasil produksi. Konsolidator ini juga sebagai pihak yang melakukan kontrak kerja sama dengan PT Kereta Api Indonesia.
Untuk penggunaan transportasi laut sebagai moda alternatif pengangkutan komoditas diperlukan pengembangan fasilitas dan aspek-aspek pendukung sebagai berikut:
a. Pemberian insentif untuk mendorong industri perkapalan untuk meningkatkan jumlah kapal nasional dan industri pelayaran (berupa pemberian kredit murah untuk pengadaan kapal).
b. Pengembangan jalur pelayaran short sea shipping dan pemberian insentif bagi penyedia jasa transportasi yang menggunakan jalur short sea shipping.
c. Pengembangan pelabuhan-pelabuhan khusus komoditas pokok dengan manajemen pelayanan kepelabuhanan yang profesional dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti peralatan bongkar muat, gudang penyimpanan, dan sebagainya.