Jakarta, Kompas – Persaingan pusat logistik berikat di ASEAN makin ketat. Malaysia dan Singapura menurunkan biaya jasa penyimpanan di pusat logisik berikat sebesar 40-50 persen. Untuk itu, pemerintah perlu mengambil langkah strategis di tengah belum optimalnya pemindahan bahan baku impor Indonesia dari pusat logistik di negara tetangga ke Indonesia.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudrajat, Senin (6/11), di Jakarta, mengatakan malaysia menurunkan biaya jasa penyimpanan di pusat logistik berikat (PLB) sebesar 50 persen. Kebijakan tersebut diambil karena Malaysia khawatir terjadi pemindahan bahan baku impor ke PLB di Indonesia.
Hal itulah yang menyebabkan importir dan pedagang (trader) bahan baku impor kebutuhan industri di Indonesia enggan atau lambat memindahkan barang je PLB Indonesia. Selain alasan itu, bahan baku impor tersebut juga banyak diperdagangkan ke negara-negara ASEAN.
“Kapas sebagai bahan baku tekstil, misalnya, diperdagangkan juga ke Vietnam, importir dan trader yang melayani negara itu tidak akan memindahkan barangnya ke Indonesia karena kesulitan dalam pengiriman. Mereka butul kapal-kapal besar, sedangkan PLB di Indonesia hanya diperuntukkan bagi kapal-kapal kecil atau feeder,” katanya.
Menurut Ade, baru sekitar 3 persen kapas yang dibutuhkan industri tekstil di Indonesia yang berpindah dari PLB Malaysia ke PLB Cikarang, Indonesia. Saat ini, bahan baku kapas keluar dari PLB di Cikarang rata-rata 10.000 bal per hari.
Sumber dan berita selengkapnya:
Kompas, edisi cetak Selasa, 7 November 2017
Salam,
Divisi Informasi