JawaPos.com – Sejak kehadiran fasilitas pusat konsolidasi kargo atau Container Freight Station (CFS) pada 20 November 2017 lalu, pelayanan Pelabuhan Tanjung Priok lebih cepat, efisien, transparan, dan tertib. Ini terjadi karena tidak ada lagi pungutan dan biaya tak terduga yang harus ditanggung pengguna jasa atau pemilik barang. Oleh karena itu, pebisnis di pelabuhan tersibuk di Indonesia ini mengapresiasi kehadiran fasilitas tersebut.
“Hadirnya CFS di Jakarta yang mungkin akan disebut CFS Centre akan memberi manfaat positif secara komersial tidak hanya biaya namun hingga waktu. Khususnya buat kargo impor dengan kontainer berstatus LCL via Pelabuhan Priok,” ujar Pengamat Maritim dari Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS), Saut Gurning, Minggu, (2/9).
Di samping itu, kata Saut, juga potensinya mengurangi dampak negatif terkait biaya mahal biaya pergudangan dan forwarding, biaya kepabeanan, tingkat kemacetan angkutan darat, dan lamanya proses kepabeanan. Intinya potensi pengurangan biaya logistik mungkin dapat terealisasi bukan hanya bagi para pemilik barang atau trader di sekitar hinterland Pelabuhan Tanjung Priok.
“Namun juga bagi Indonesia secara umum karena porsi perdagangan ekspor-impor Indonesia secara nilai khususnya kontainer sekitar 65 persen dilewati melalui Pelabuhan Tanjung Priok,” paparnya.
Ia menjelaskan, keuntungan utama yang diharapkan dari tersedianya CFS Centre di Pelabuhan Tanjung Priok secara bisnis adalah terjadinya mekanisme single billing yang mengurangi praktek mendongkrak biaya lewat berbagai additional charges yang selama ini dilakukan berbagai pelaku usaha. Khususnya untuk komponen biaya pergudangan, penumpukan, forwarding, dan biaya kepabeanan khususnya kargo impor lewat kontainer berstatus LCL. Secara tidak langsung proses single billing ini juga berpotensi mengurangi level dwelling-time dan pada akhirnya biaya logistik barang per satuan kubik-meter (CBM).
“Diharapkan tentunya dengan CFS Center ini biaya-biaya pergudangan kontainer impor LCL untuk komponen receiving, delivering dan mekanis diharap dapat lebih menurun lagi dari angka sekitar Rp150.000 per CBM. Termasuk untuk layanan kargo barang berbahaya, dangerous goods (DG),” katanya.
Sumber dan berita selengkapnya:
Salam,
Divisi Informasi