Oleh: Dr. Zaroni, CISCP., CFMP., CMILT.
Head of Consulting Division
Supply Chain Indonesia
Perdagangan memicu kebutuhan permintaan jasa logistik. Perdagangan terjadi dalam lingkup antarwilayah atau provinsi, antarnegara dalam kawasan regional, dan antarnegara secara global.
Logistik berperan penting dalam perdagangan, terutama untuk transportasi pengiriman dan distribusi barang yang diperdagangkan, baik dari pemasok ke pabrikan, dari pabrikan ke distributor atau grosir, dan selanjutnya distribusi ke pasar, toko, atau pengecer.
Perdagangan antarwilayah memerlukan sistem logistik yang terintegrasi, baik integrasi transportasi dengan pergudangan, maupun integrasi transportasi antarmoda.
Karakteristik transportasi untuk perdagangan antarwilayah di Indonesia masih didominasi moda transportasi jalan raya, khususnya truk, untuk perdagangan antarwilayah Sumatera- Jawa-Bali. Di wiliayah ini, moda transportasi menggunakan truk sekitar 70%. Sisanya menggunakan moda transportasi laut, kereta api, dan sebagian kecil menggunakan kargo udara.
Sementara untuk perdagangan di luar antarwilayah tersebut, seperti Jawa-Sulawesi, Sumatera-Kalimantan, Maluku-Papua, dan Papua-Kalimantan menggunakan moda transportasi laut dan sebagian kecil menggunakan moda transportasi udara.
Penggunaan truk lebih banyak diminati daripada moda transportasi lainnya. Pertimbangannya adalah truk memiliki beberapa keunggulan dibandingkan moda transportasi lain:
- Fleksibilitas dalam pengaturan jadwal keberangkatan (ETD) dan kedatangan (ETA).
- Fleksibilitas dalam pengaturan penjemputan dan pengantaran barang di lokasi yang diinginkan.
- Pemilihan rute sesuai kebutuhan dengan transit time yang lebih cepat dengan biaya transportasi yang lebih efisien.
- Penggunaan kontainer yang memudahkan proses handling dan pindah ke moda transportasi lain.
Penggunaan moda transportasi truk memerlukan ketersediaan infrastruktur jalan raya yang memadai, baik dari akses, kualitas jalan, dan aspek keselamatan transportasi di jalan raya.
Penggunaan moda transportasi barang dengan menggunakan moda kereta api belum begitu banyak diminati. Penyebabnya antara lain, moda transportasi kereta api barang kurang fleksibel dalam pengaturan jam dan rute, proses handling lebih dari sekali, yaitu di pabrik atau gudang penjual, stasiun, dan gudang pembeli. Selain itu, keterbatasan stasiun yang sesuai untuk handling barang, karena pada umumnya stasiun kereta api disiapkan untuk penumpang, bukan untuk transportasi barang.
Penggunaan moda transportasi kereta api (railroad) untuk perdagangan khususnya antarwilayah Sumatera-Jawa-Bali perlu ditingkatkan, mengingat moda transportasi kereta api memiliki keunggulan ramah lingkungan, dapat mengangkut dalam jumlah atau volume besar, biaya transportasi per ton/km lebih murah, dan pertimbangan keamanan dan keselamatan.
Transportasi untuk perdagangan antarwilayah di wilayah Indonesia bagian timur masih terjadi ketidakseimbangan antara inbound logistics dan outbound logistics. Transportasi barang dengan menggunakan moda transportasi laut secara volume lebih banyak untuk pengiriman dari wilayah Indonesia bagian barat ke timur.
Sementara pengiriman dari wilayah Indonesia bagian timur ke barat lebih sedikit. Akibatnya, ongkos transportasi per ton/km ke wilayah Indonesia bagian timur lebih mahal, karena perusahaan logistik membebankan sebagian biaya transportasi pada saat kapal Kembali ke wilayah Indonesia bagian barat.
Menangkap peluang
Logistik mengikuti pergerakan arus barang yang terjadi karena perdagangan antarwilayah atau sering kita kenal dengan logistics follow the trade. Pemicunya tetap perdagangan. Oleh karena itu, perlu dicapai tingkat keseimbangan pertukaran barang dalam perdagangan antarwilayah. Setiap wilayah atau setidaknya provinsi atau pulau di Indonesia harus memiliki keunggulan atau keunikan barang yang diperdagangkan, sehingga antarwilayah bisa terjadi pertukaran transaksi perdagangan.
Setiap wilayah harus bisa mengidentifikasi apa keunggulan produk atau komoditasnya, yang diperlukan wilayah lain. Pada saat barang masuk (inbound logistics) akan diimbangi dengan barang keluar (outbound logistics). Bila ini terjadi, maka banyak peluang yang bisa ditangkap sektor logistik, khususnya jasa transportasi dan pergudangan, beserta turunannya, seperti jasa bongkar muat barang, asuransi kargo, pengepakan, dan lain-lain.
Jasa logistik yang ditawarkan sesuai karakteristik produk atau komoditas yang ditangani. Setiap produk atau komoditas memerlukan penanganan yang berbeda dalam sistem operasi logistiknya. Komoditas semen, batu bara, sawit, ikan, makanan olahan, produk farmasi, dan lain-lain memerlukan penanganan transportasi, handling, sistem pergudangan, pengepakan, dan cara pengantaran yang masing-masing berbeda.
Bagi sektor logistik, untuk wilayah yang mengalami defisit perdagangan, ini memberikan tantangan dan sekaligus peluang tersendiri, terutama menyediakan layanan logistik yang lebih efisien agar mendorong keseimbangan antara pasokan dan permintaan dalam perdagangan.
Tantangan
Kompetisi sektor logistik sangat ketat, khususnya logistik untuk perdagangan antarwilayah Sumatera-Jawa-Bali. Banyak perusahaan jasa transportasi moda truk yang melayani di wilayah ini. Mereka bisa bertindak sebagai pemilik barang, pemesan barang, perusahaan transportasi, atau perusahaan logistik (3PL).
Persaingan yang ketat ini memang menguntungkan bagi konsumen pengguna jasa logistik, karena tersedia banyak pilihan dengan mendapatkan harga yang paling ekonomis. Namun, di sisi lain, kompetisi yang ketat, bisa mendorong “perang harga” antarpenyedia jasa transportasi atau logistik, sehingga bagi perusahaan logistik akan mendapatkan laba yang sangat kecil atau bahkan tidak mendapat laba.
Ketimpangan inbound dan outbound logistics, khususnya untuk perdagangan antarwilayah di Indonesia bagian timur. Perusahaan logistik perlu mencari muatan balen untuk menekan biaya tetap sehingga ongkos transportasi per ton/km tetap terjangkau.
Selain itu, kualitas infrastruktur yang mendukung operasional logistik, seperti jalan raya, Pelabuhan, termasuk standardisasi peralatan handling, formulir, dan pengepakan barang yang aman dan mudah selama proses handling.
Mengatasi kendala
Saat ini pembangunan infrastruktur logistik intensif dilakukan Pemerintah, khususnya jalan tol, pelabuhan, telekomunikasi, dan ketersediaan energi, perlu diikuti dengan perbaikan kualitas pelayanan di setiap proses logistik. Isu adanya pungli di beberapa proses logistik perlu ditindak tegas, sehingga dapat menghilangkan ekonomi biaya tinggi di biaya logistik.
Standardisasi dan digitalisasi proses logistik perlu diimplementasikan secara luas, sehingga proses logistik akan lebih transparan, visible, dan efisien. Untuk mengatasi ketimpangan supply dan demand antarwilayah, perlu dibangun suatu platform big data yang dapat menginformasikan jenis komoditas atau produk apa, berapa kuantitas, kapan, dan berapa harga dari setiap komoditas atau produk yang tersedia (supply) dan dibutuhkan (demand).
Bila ini terwujud, maka perencanaan dan operasional logistik akan lebih efisien, dan ujungnya dapat menekan biaya logistik secara nasional, yang kita ketahui masih cukup tinggi, yaitu 24% dari GDP.
27 Juli 2021
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Logistik Perdagangan Antarwilayah (716.8 KiB, 172 hits)