Oleh: Muhammad Ulil Albab | Assistant Researcher at Islamic University of Indonesia
Pengelolaan pergudangan dengan melibatkan advance technology telah mentransformasi kegiatan pengangkutan barang dan meningkatkan akurasi serta produktivitas secara signifikan. Penggunaan barcode dan voice technology tidak hanya meningkatkan operasi pengangkutan barang, tetapi juga meningkatkan penerimaan return on investment.
Di bawah ini beberapa metode pengangkutan barang dalam gudang pada saat ini:
- Berdasarkan Daftar
- Berdasarkan Label
- Pick by Voice
- Barcode Scanning
- Radio Frequency Identification (RFID)
- Pick by Light/Pick to Light
- Put to Light
- Pengangkutan Secara Otomatis
Pengangkutan Berdasarkan Daftar
Di dalam daftar yang berbentuk kertas umumnya tercantum mengenai nomor order, lokasi, kode produk, deskripsi, dan kuantitas yang akan diangkut. Jika menggunakan Warehouse Management System (WMS), setiap lini produk akan ditunjukkan secara berurutan. Selain itu, pengangkut juga memungkinkan untuk berpindah dengan cara yang paling efisien di dalam area pergudangan dan menempatkan barang sesuai dengan posisi yang dibutuhkan. Item yang memiliki turn over tinggi harus ditempatkan sedekat mungkin dengan area pengangkutan sehingga dapat meminimalkan perpindahan. Sistem pengendaliaan persediaan mungkin tidak memiliki kemampuan, sehingga beberapa daftar yang ada dibutuhkan untuk mengurangi jumlah perpindahan barang yang akan diambil.
Pengangkutan Berdasarkan Label
Dalam sistem ini, daftar barang yang akan diangkut diklasifikasikan berdasarkan label yang telah dicetak dalam pick order. Pengangkut akan menempelkan label ke tiap item yang diangkut dan mengembalikan label yang tidak digunakan ke bagian supervisor. Perbedaan informasi akan diperiksa secara langsung dan akan dilakukan penambahan label jika barang yang ada tersedia di dalam gudang.
Kedua kegiatan di atas masih dikategorikan dalam manual operation, masih membutuhkan operator, supervisor, dan petugas pencatat yang berfungsi untuk memastikan keakuratan informasi.
Pengangkutan Menggunakan Teknologi Suara
Penggunaan teknologi suara telah mempengaruhi pengelolaan pergudangan secara global, khususnya dalam hal pengangkutan barang, meskipun proses lainnya seperti penghitungan siklus, menyisihkan, dan penggantian juga digunakan dalam sistem.
Operator dilengkapi dengan headset dan microphone secara bersamaan dengan computer kecil yang diletakkan di belakang ikat pinggang atau dapat diletakkan di pergelangan tangan. WMS mengirim pesan ke komputer melalui frekuensi radio, peralatan transimisi diinstal melalui pengelolaan pergudangan, dan pesan ini akan dikonversi perintah suara. Operator juga menggunakan suara ini untuk berkomunikasi dengan back system.
Berikut ini keuntungan yang ada di dalamnya antara lain:
- Meningkatkan akurasi
- Meningkatkan produktivitas
- Mengurangi penggunaan kertas
- Mengurangi adanya error dalam input data
Sistem ini lazimnya digunakan pada sektor retail makanan dan grosir. Secara khusus, sistem ini juga dapat digunakan pada lingkungan makanan beku. Hal ini bisa dipahami dikarenakan lingkungan di atas tidak memungkinkan untuk menggunakan pencatatan berbasis kertas. Peningkatan akurasi dapat disebabkan adanya kebutuhan tambahan untuk melakukan pengecekan secara berkala. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa suara dapat mengeliminasi beberapa langkah dalam proses pengangkutan, menjadikan produktivitas dan akurasi meningkat.
Gambar 1 Keunggulan Teknologi Suara
(Sumber: Richards, G. 2011)
Scan Barcode
Barcode terdiri dari beberapa seri baris vertical dengan variasi lebar yang merepresentasikan huruf, angka, dan symbol lainnya. Barcode digunakan untuk mengidentifikasi produk, lokasi dalam gudang, container, nomor serial, dan batch. Dalam riang lingkup logistik, tidak ada bentuk yang umum dari barcode. Hal ini menyebabkan kendala dalam perpindahan produk antara perusahaan dan negara.
Pengembangan saat ini termasuk barcode dalam bentuk dua dimensi yang mana memiiki keunggulan untuk menyimpan jumlah data yang besar dengan ruang penyimpanan yang kecil.
Diskusi yang berkembang saat ini dalam industri farmasi, misalnya, apakah perusahaan harus berinvestasi dengan menggunakan teknologi 2D atau RFID. Keduanya mempunyai kemampuan untuk menyimpan informasi lebih banyak dibandingkan dengan barcode biasa, saat ini ada perbedaan harga antara barcode dengan RFID.
Radio Frequency Identification
RFID merupakan teknologi yang mampu mengidentifikasi item dengan menggunakan gelombang radio. Pertukaran data antara tag dan alat pembaca tergantung pada frekuensi yang digunakan. Teknologi ini umumnya digunakan dalam buku yang ada di perpustakaan dan pembayaran tol.
Sistem ini memungkinkan untuk membaca kumpulan item dalam waktu yang bersamaan, dimana hal ini tidak ditemukan pada barcode. Terdapat dua tipe dalam tag RFID, yaitu tag pasif dan tag aktif. Pada tag yang sifatnya pasif, data yang tersimpan terbatas, hanya dapat dibaca dan mempunyai batasan dalam pembacaan data. Tag pasif menyimpan data dalam jumlah kecil, namun demikian jenis ini mampu menyajikan data yang lebih komprehensif yang tersimpan di dalamnya. Sebagai contoh, system conveyor yang dapat mengidentifikasi item dan memvalidasi pada database untuk menerima perintah lanjutan.
Tag aktif dalam RFID mempunyai kapasitas yang lebih besar dan kondisi terakhir mengenai informasi yang ada selalu terupdate, bahkan hingga proses yang dilakukan telah selesai. Frekuensi menjadi faktor yang sangat penting untuk mentransmisikan data dan tidak semua frekuensi yang ada tersedia secara global dapat menyebabkan adanya gangguan dalam perspektif supply chain. Kendala yang dihadapi dalam implementasi RFID adalah teknologi ini masih relatif mahal, serta penggunaan RFID tergantung pada dimana system ini akan digunakan, seberapa luas cakupannya dan frekuensi yang digunakan.
16 Agustus 2016.
Referensi:
Richards, G. (2011). Warehouse Management: A Complete Guide to Improving Efficiency and Minimizing Costs in the Modern Warehouse. London: Kogan Page Publishers.
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan/atau sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis, serta tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.