Oleh: Dr. Zaroni, CISCP. | Senior Consultant at Supply Chain Indonesia
E–Commerce telah berkembang pesat, seiring dengan perkembangan konvergensi teknologi telekomunikasi, payment, dan mobility yang didorong oleh kemajuan teknologi smartphone. Kemudahan dalam akses layanan yang diberikan oleh kemajuan teknologi telekomunikasi mendorong para pebinis untuk memanfaatkan e-commerce sebagai model bisnis baru dalam menjual produk-produknya ke pasar.
Salag satu kunci keberhasilan e-commerce adalah keandalan layanan last-mile delivery-nya. Transaksi e-commerce akan diselesaikan bila produk-produk yang dipesan pelanggan dapat di-delivery dengan tepat.
Layanan delivery barang-barang e-commerce memerlukan penanganan yang khusus. Pemahaman mengenai karakteristik barang yang diperdagangkan dalam transaksi e-commerce, ketentuan dan persyaratan transaksi e-commerce, lead time, pembayaran, dan sebagainya, menjadi isu penting bagi operator penyedia jasa last-mile delivery.
Layanan last-mile delivery sejatinya telah menjadi bisnis inti perusahaan jasa pos dan kurir. Perusahaan-perusahaan seperti Pos Indonesia, JNE, TIKI, FedEx, UPS, dan USPS telah lama melayani layanan last-mile delivery. Selama beberapa tahun terakhir, terjadi perubahan jenis kiriman pos dan kurir. Penurunan surat (mail) dalam beberapa dekade ini, yang digantikan dengan pertumbuhan yang sangat pesat pada kiriman pos dan kurir yang berasal dari paket (parcel), khususnya small–parcel, mendorong operator perusahaan-perusahaan logistik juga memasuki layanan last-mile delivery.
Bagi operator perusahaan logistik, sangatlah sulit untuk melayani transportasi small-shipment, khususnya untuk memberikan harga yang rasional. Hal ini karena umumnya operator perusahaan logistik telah menyiapkan kapasitas yang cukup besar di setiap node dan operasi line-haul dengan biaya overhead yang cukup besar. Tingginya biaya overhead mendorong operator perusahaan logistik untuk menetapkan tarif minimal sebagai minimum charge. Tarif minimal ini diterapkan untuk semua kiriman, tanpa memandang ukuran atau volume kiriman dan jarak. Akibat dari minimum charge dan keterbatasan alternatif layanan yang telah disediakan oleh operator logistik, memberikan peluang bagi operator perusahaan logistik untuk mengembangkan dan menawarkan layanan khusus untuk pengiriman small–shipment atau dikenal dengan package–service.
Package service
Package service merupakan bagian penting dalam pengembangan inovasi layanan logistik. Saat ini banyak operator perusahaan logistik mulai memasuki bisnis ini. Operator perusahaan logistik seperti Pos Logistics, BGR, dan Kamadjaja mulai secara serius mengembangkan bisnis package service. Kemajuan e-commerce dan kebutuhan last-mile delivery dari pengiriman produk-produk segmen consumer menjadi pemicunya.
Sebelumnya, layanan transportasi umumnya hanya memerlukan pengiriman dari lokasi asal ke lokasi tujuan dalam jaringan gudang ke pusat-pusat distribusi. Namun, kini kebutuhan pengiriman barang memerlukan layanan transportasi yang mampu mengirim dari pusat-pusat distribusi ke modern trade atau bahkan harus menjangkau ke consumer akhir.
Akibatnya, pola operasi transportasi operator perusahaan logistik mulai berubah. Jika sebelumnya pola operasi dirancang dari hub ke hub untuk melayani model business to business (B2B), dari satu titik ke satu titik. Saat ini harus dikembangkan ke pola operasi one to many, dari satu titik ke banyak titik.
Implikasinya, harus dilakukan perubahan desain jaringan node, pilihan moda dan kapasitas kendaraan yang digunakan untuk mendukung operasional last–mile delivery.
Inovasi layanan
Untuk memenuhi kebutuhan package service, operator perusahaan logistik kini mengembangkan inovasi layanan yang umumnya dikelompokkan menjadi dua core services, yaitu: freight services dan value-added services.
Freight services merupakan layanan yang berbasis transportasi, yang umumnya dibedakan berdasarkan lead-time yang ditawarkan. Sementara value–added services merupakan layanan optional, yang ditawarkan sesuai dengan perluasan fitur layanan.
Berikut ini contoh pengembangan inovasi layanan logistik yang ditawarkan operator perusahaan logistik dalam memberikan package services.
Selain core services tersebut, operator perusahaan logistik mulai mengembangkan inovasi layanan logistik package service berbasis mobility, dengan menggunakan aplikasi di smartphone. Layanan ini memungkinkan integrasi layanan logistik, payment, dan konfirmasi status pergerakan barang sejak barang diproses di drop center, pengolahan, transportasi, sampai dengan delivery.
Inovasi logistik package service juga telah dikembangkan pada pengelolaan pergudangan untuk pengolahan package secara otomatis, sehingga produktivitas sortir kiriman paket dapat dilakukan dalam volume yang sangat besar. Sebagai contoh GDEX, perusahaan logistik dan express yang berbasis di Petailing Jaya Malaysia, telah mengoperasikan otomasi pengolahan kiriman paket yang mampu memproses paket lebih dari 80.000 per malam, mulai jam 19.00 sampai dengan 23.00. Kemampuan ini didukung oleh desain material handling dan teknologi otomasi pergudangan yang produktif dan efisien. Demikian juga Amazon juga telah lama mengembangkan dan mengoperasikan teknologi sortir dan pengolahan di warehouse-nya.
Di operasional delivery juga mengalami perkembangan teknologi yang luar biasa. Saat ini beberapa operator logistik kelas dunia, seperti DHL dan FedEx telah mulai melalukan riset dan uji coba untuk pemanfaatan teknologi drone dalam pengantaran paket. Konvergensi teknologi GPS, map, dan dan drone memungkinkan pengantaran paket dapat dilakukan dengan cepat, akurat, dan canggih. Suatu lompatan teknologi yang hebat dalam layanan logistik package services.
Download Artikel ini:
Inovasi Logistik E-Commerce (515.4 KiB, 1,702 hits)