Oleh: Lucas Sumantri
Trainer & Consultant | Supply Chain Indonesia
Perkembangan teknologi di negara-negara maju saat ini sudah semakin canggih, bahkan dapat mendongkrak negara-negara berkembang untuk mau tidak mau mengikuti teknologi yang diciptakan, seperti di negara kita. Pesatnya perkembangan di bidang teknologi komunikasi menjadi sorotan para ahli komunikasi seperti Everett M. Rogers (1986:2) yang memandang bahwa teknologi komunikasi merupakan sebuah perangkat keras yang memungkinkan seseorang mengumpulkan, memproses, dan saling bertukar informasi satu dengan yang lainnya.
Ada beberapa karakteristik yang menunjukkan tentang teknologi komunikasi. Pertama, teknologi komunikasi merupakan sebuah perangkat keras atau alat untuk menyampaikan sebuah pesan. Kedua, teknologi komunikasi mulai muncul pada suatu struktur ekonomi, sosial, dan politik. Ketiga, teknologi komunikasi tersebut mulai membawa sebuah nilai-nilai tertentu untuk struktur di atas. Keempat, teknologi komunikasi berhubungan dengan seluruh aspek atau bidang komunikasi. Oleh karena keempat hal tersebut, teknologi komunikasi dapat dikondisikan oleh para penggunanya untuk melakukan demassifikasi dalam mengontrol pesan maupun informasi (Sumber: Novi Kurnia, Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Media Baru; Jurnal Mediator, vol.6, no.2).
Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia saat ini tergolong sangat pesat. Masyarakat Indonesia sangat konsumtif dalam hal teknologi yang notabene “tidak mau ketinggalan jaman”. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat orang-orang di sekitar kita. Menggenggam sebuah telepon seluler sudah bukan merupakan sesuatu barang mewah lagi seperti dulu pada era tahun 90-an, dimana masyarakat Indonesia masih jarang yang memiliki. Bersamaan dengan itu semua, mulailah muncul tren bisnis digital dan perubahan segmentasi konsumen yang berfokus pada generasi millennial dan generasi “Z”.
Tren bisnis retail dan supply chain ini mulai menjamur di Indonesia dan mulai berubah secara bertahap sejak tiga tahun terakhir dan siap menuju tahun 2018. Awal mula bisnis yang bergerak di bidang supply chain retail akan cenderung menfokuskan bisnis mereka untuk mendapatkan keuntungan, seperti contohnya masyarakat kini tidak perlu merasa repot lagi untuk berbelanja ke toko atau pusat perbelanjaan, ibaratnya hanya tinggal “klik salah satu aplikasi” semua pasti beres. Hal-hal tersebut-lah yang dapat menarik masyarakat pengguna smartphone menjadi sangat konsumtif. Melalui teknologi tersebut, masyarakat dibuat untuk menjadi mudah, efisien, dan tidak repot.
Jika kita melihat tren retail yang berada di Indonesia sendiri, kebanyakan toko retail tradisional yang memilki toko-toko besar akan mengalami transformasi yang sangat besar, bahkan mereka mau tidak mau harus melakukan transformasi tersebut. Di tahun 2017, sudah banyak toko retail yang harus gulung tikar, seperti Debenhams, GAP, dan Lotus merupakan toko retail yang terkena dampak dari transformasi teknologi yang salah satu penyebab utama adalah menjamurnya digital platform yang menawarkan produk yang sama, ditambah lagi dengan kenyamanan berbelanja online dan servis pengantaran gratis langsung ke konsumen.
Pemilik retail yang memiliki toko harus sudah mulai beralih menuju dunia digital agar mereka dapat bersaing dengan e-commerce bisnis lainnya, seperti Tokopedia, Lazada, JD.ID, Bizzy, Mbiz, aCommerce, dan beberapa pemain utama lainnya di bisnis digital, terutama yang melayani B2B, B2C dan B2B2C.
Menurut survei yang telah dilakukan oleh Logistics View points jurnal, untuk tren di tahun 2018, 55% profit dapat diraih melalui biaya pengantaran express dan 41% profit diraih melalui biaya pengantaran produk. Survei ini dilakukan kepada mayoritas konsumen generasi millenial berusia 20 – 40 tahun, yang rata-rata menggunakan internet atau gadget untuk keperluan belanja online.
Di tahun 2018, retail di Indonesia sudah harus mulai mengadopsi sistem omni channel yang sudah diterapkan di luar negeri agar daya saing para retailer dapat bertahan. Apakah arti dari omni channel? Menurut https://id.wikipedia.org/wiki/Manajemen_rantai_suplai, Omni channel adalah model bisnis lintas saluran yang digunakan perusahaan untuk meningkatkan pengalaman pelanggan mereka. Pendekatan ini memiliki aplikasi di bidang kesehatan, pemerintahan, jasa keuangan, industri ritel, dan telekomunikasi serta mencakup saluran seperti lokasi fisik, laman web FAQ, media sosial, obrolan web langsung, aplikasi seluler, dan komunikasi telepon.
Perusahaan yang menggunakan omni channel berpendapat bahwa pelanggan menghargai kemampuan untuk selalu berhubungan dengan perusahaan melalui banyak jalan pada waktu yang bersamaan. Pendapat lain juga mengatakan bahwa omni channel adalah suatu pendekatan penjualan multi-channels dari semua penjual barang yang dijadikan satu menjadi sebuah jaringan yang berintegrasi untuk memudahkan para pembeli barang dan meningkatkan pengalaman berbelanja. Kita juga harus paham bahwa tidak semua penjualan melalui multi-channels (situs, blog, atau sosial media) dapat dikategorikan sebagai omni channel, dikarenakan pengalaman belanja konsumen masih kurang bersatu, kurang lancar, dan kurang konsisten.
Jadi menurut saya sistem omni channel di Indonesia sudah harus dikembangkan lebih aktif guna menunjang pertumbuhan UKM yang ingin mengembangkan bisnis retail mereka dan mempersingkat proses supply chain yang menjadi salah satu keinginan konsumen masa sekarang.
Padahal, pendekatan secara omni channel ini menjadi jalan untuk berinteraksi antara perusahaan dengan konsumen. Tujuan utama omni channel adalah memberikan pengalaman yang teringrasi kepada konsumen dari mulai pencarian barang, pembayaran, hingga pengantaran barang kepada konsumen (Sumber: Kana).
Untuk sekarang konsep omni channel untuk retail dan supply chain di Indonesia masih dengan konsep yang baru sehingga tingkat kesuksesannya belum bisa dibuktikan. Pada saat ini baru terdapat satu perusahaan, yaitu aCommerce yang mengklaim bahwa mereka telah memasuki tahap omni channel bukan hanya multi channels platform.
Di Indonesia sendiri, tren penjualan barang melalui Offline to Online sudah menjamur. Disinilah kesempatan pemerintah atau perusahaan swasta untuk membantu para perusahaan ini di dalam sebuah wadah agar mereka dapat menjadi omni channel yang kuat seperti Amazon atau Alibaba. Sekarang ini setiap bagian terpisah-pisah dan tidak menjadi satu kesatuan, kita mengambil contoh seperti metode pembayaran melalui sistem (yang dikenal dengan fin-tech) pun belum terintegrasi dan terkadang pembelian Offline to Online masih tidak memberikan kenyaman untuk cara pembayaran yang masih harus melalui ATM transfer, teller, atau pun pembayaran melalui system masing-masing bank.
Untuk mempertahankan daya saing retailer Indonesia di tahun 2018, maka sangat dianjurkan agar para retailers di Indonesia memulai untuk memahami konsep omni channel dan mengetahui target pangsa pasar mereka agar para retailer tetap dapat bertahan dan menaikkan keuntungan mereka untuk beberapa tahun ke depan. Omni channel juga dapat berlaku ke semua bidang industry seperti distribusi, logistik, pelayanan, pergudangan, dan semua servis industry (Sumber : Daily Social Blog).
22 Desember 2017
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI-Artikel Omni Channel untuk Retail Supply Chain di Indonesia Tahun 2018 (764.7 KiB, 285 hits)