Oleh: Setijadi | Chairman at Supply Chain Indonesia
Dalam upaya membahas berbagai permasalahan dalam sektor logistik, khususnya transportasi darat, Supply Chain Indonesia (SCI) menggelar Seminar bertajuk “Pengangkutan Barang dengan Truk atau Kereta Api? Membidik Efisiensi dan Peluang Bisnis Logistik” di Hotel Aston Primera Bandung, pada Sabtu, 23 Agustus 2014.
Seminar dihadiri oleh lebih dari 150 praktisi, akademisi, dan birokrat dari berbagai perusahaan dan instansi tersebut dengan para pembicara: Dian Ediana Rae (Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI), Kyatmaja Lookman (Direktur PT Lookman Djaja), Esa Setia Wiguna (GM Sales & Corporate Development PT Sentra Logistik), dan Hendy Helmy (VP Freight Marketing, Sales, & Customer Care PT Kereta Api Indonesia (Persero)).
Berikut beberapa isu dan rekomendasi Seminar tersebut:
- Gangguan produksi dan distribusi umumnya terjadi pada komoditas pangan, sehingga harga komoditas pangan sering bergejolak (volatile food) dan sering menyebabkan inflasi di Indonesia susah dikendalikan dan susah diprediksi. Faktor-faktor penyebab gangguan distribusi antara lain infrastruktur yang buruk, sistem logistik dan rantai pasok yang panjang serta tidak efisien, biaya transportasi yang semakin meningkat, kemacetan yang semakin parah, pungutan liar, dan gangguan keamanan di jalur distribusi.Permasalahan-permasalahan fundamental yang perlu segera diperbaiki dan diselesaikan agar terwujud inflasi yang rendah dan stabil antara lain dengan memadukan transportasi antar moda (kereta api dan truk) dari basis produksi hingga ke konsumen, serta meningkatkan sarana dan prasarana inti pendukung transportasi antar moda tersebut
- Kondisi infrastruktur Indonesia masih menjadi masalah utama dalam sektor logistik. Infrastruktur di Pulau Jawa relatif lebih baik, namun kapasitasnya tidak memadai. Untuk luar Jawa, jumlah dan kondisi infrastruktur masih jauh tertinggal.Kondisi infrastruktur Indonesia tercermin dari peringkat infrastruktur dalam The Global Competitiveness Report 2013-2014, yang dikeluarkan oleh World Economic Forum. Infrastruktur Indonesia pada peringkat 61 dari 148 negara. Di antara negara-negara ASEAN, peringkat infrastruktur Indonesia di bawah Singapura (peringkat 2), Malaysia (29), Thailand (47), dan Brunei Darussalam (58).Di antara negara-negara ASEAN, peringkat infrastruktur jalan dan pelabuhan Indonesia berada pada peringkat 6, infrastruktur transportasi udara pada peringkat 5, dan infrastruktur rel kereta pada peringkat 3. Kondisi infrastruktur rel kereta yang relatif lebih baik tersebut perlu dimanfaatkan oleh para penyedia jasa logistik Indonesia.
- Truk merupakan moda angkutan yang fleksibel, rendah investasi, dan cepat untuk rute pendek dengan kondisi infrastruktur normal. Permasalahan muncul akibat buruknya infrastruktur (misalnya ketersediaan jalan) dan sistem distribusi (seperti non-value added cost), sehingga total biaya logistik dengan moda truk menjadi lebih mahal daripada kereta api.Untuk pengiriman volume besar dan jarak jauh, kereta api lebih efisien (biaya per unit dan non-value added cost lebih rendah) dan ramah lingkungan. Namun demikian, kereta api kurang fleksibel karena hanya dapat digunakan untuk pengiriman dari stasiun ke stasiun.
- Aktivitas logistik untuk mendukung backbone kereta api (picking, dooring, lo/lo, warehousing, dan sebagainya) masih dilakukan secara parsial sehingga secara total biaya logistik tetap kurang efisien.Untuk meningkatkan efisiensi logistik, diperlukan pengembangan sistem logistik terpadu dengan kereta api sebagai backbone transportasi darat. Pemerintah perlu memberikan dukungan regulasi untuk kemudahan pengembangan lahan dan akses terhadap fasilitas kereta api.
- Pengembangan moda kereta api untuk pengangkutan barang membuka peluang bisnis logistik, antara lain untuk dalam proses pickup & delivery, konsolidasi pengiriman barang, serta pengembangan dan pengoperasian fasilitas terkait (misalnya bongkar muat).