Oleh: Novyana Evalinda, S. M.
Junior Consultant | Supply Chain Indonesia
Sebagaimana diketahui bahwa kegiatan ekspor dan impor menggunakan kontainer memerlukan biaya operasional. Diketahui bahwa biaya pengangkutan (biaya transport) kontainer kian mahal. Salah satu faktor biaya operasional yang berpengaruh besar dalam perhitungan tarif pengangkutan adalah biaya bahan bakar kendaraan (BBK) solar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menekan biaya pengangkutan kontainer tersebut dalah merancang tata letak depot kontainer dengan kawasan perindustrian.
Perancangan yang dimaksud adalah relokasi depot kontainer. Depot kontainer adalah tempat yang digunakan untuk membersihkan, memperbaiki, dan menyimpan kontainer sebelum digunakan kembali untuk aktivitas ekspor di dalam kawasan industri. Implementasi perancangan tersebut bertujuan untuk menekan biaya pengangkutan kontainer dari sisi bahan bakar.
Kegiatan ekspor dan impor Indonesia yang masih terkonsentrasi di Pelabuhan Tanjung Priok, sangat terfragmentasi antara kegiatan impor (inbound) dan ekspor (outbound).
Kontainer impor yang masuk ke Pelabuhan Tanjung Priok harus diturunkan isinya di beberapa kawasan industri yang tersebar dibeberapa wilayah.
Setelah kontainer keluar dari pelabuhan melalui proses bea dan cukai yang berlaku, kontainer diangkut menuju kawasan industri. Tujuan pengangkutan ini adalah untuk menurunkan isi dari kontainer tersebut (unloading). Kemudian, setelah kontainer tersebut dikeluarkan isinya, kontainer akan dibersihkan bagian dalamnya di depot.
Setelah dibersihkan bagian dalamnya, pihak depot melakukan pengecekan terhadap kondisi kontainer tersebut. Hal ini bertujuan untuk memastikan kondisi kelayakgunaan dari kontainer tersebut. Apabila kontainer masih layak dan sesuai dengan standar untuk digunakan, maka selanjutnya kontainer akan disusun (stuffing) di lapangan depot.
Sebaliknya, apabila terdapat kerusakan pada bagian-bagian kontainer atau kondisi kontainer kurang dari standar yang diwajibkan, maka perlu dilakukan reparasi di bagian-bagian yang dianggap perlu, sebelum akhirnya akan dilakukan proses penyusunan kontainer.
Kontainer-kontainer yang telah disusun di depot akan menunggu sebelum digunakan kembali untuk aktivitas ekspor. Kontainer yang diambil dari depot akan dibawa kembali ke kawasan industri untuk melakukan proses loading barang untuk di ekspor. Selanjutnya, kontainer yang sudah terisi akan melakukan perjalanan menuju pelabuhan.
Proses yang cukup panjang ini dapat dikurangi dengan menempatkan depot kontainer di dalam lokasi atau area kawasan industri. Hal ini dapat mengurangi biaya transport yang disebabkan oleh adanya perjalanan untuk menghantar kontainer dari kawasan industri dengan muatan kosong menuju depot kontainer yang berada di sekitar pelabuhan untuk dibersihkan dan diperbaiki, lalu menjemput kembali kontainer dari lokasi depot menuju lokasi kawasan industri untuk dilakukan proses pemuatan barang.
Table 1 menjelaskan estimasi biaya pengeluaran bahan bakar kendaraan (BBK) solar dan biaya tol yang akan digunakan apabila lokasi depot kontainer yang berada di sekitar Pelabuhan Tanjung Priok dan berjauhan dari lokasi industri Karawang International Industria City. Table tersebut menunjukkan total jarak yang ditempuh kontainer adalah sejauh 247 km.
Dengan kondisi tersebut, biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar kendaraan solar adalah sebesar Rp 806.867 (dengani harga BBK Solar Rp 9.800 per liter). Sedangkan, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan melalui tol adalah berkisar antara Rp 77.000 sampai dengan Rp 104.000. Estimasi tersebut adalah berdasarkan golongan kendaraan yaitu biaya yang akan diperlukan oleh kendaraan golongan II sampai dengan golongan V.
Table 2 menjelaskan perjalanan yang ditempuh kontainer apabila lokasi depot kontainer berlokasi di dalam kawasan industri Tanjung Priok – Karawang International Industria City. Pada table tersebut, diperkirakan bahwa untuk melakukan kegiatan ekspor impor, kontainer akan menempuh perjalanan sejauh 130 km. Dengan perjalanan tersebut, dapat diestimasikan bahwa biaya yang dihabiskan untuk membeli BBK solar adalah sebesar Rp 424.667. Sedangkan, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan melalui tol adalah berkisar antara Rp 38.500 sampai dengan Rp 52.000.
Table 3 menjelaskan estimasi BBK solar dan biaya tol apabila lokasi Depot Kontainer berdekatan dengan area pelabuhan Tanjung Priok dan berjauhan dari lokasi Kawasan Industri Cikarang. Table tersebut menunjukkan total jarak yang ditempuh kontainer adalah sejauh 228 km. Dengan kondisi tersebut, biaya yang dikeluarkan untuk bahan bakar kendaraan solar adalah sebesar Rp 744.800 (estimasi harga BBK Rp 9.800 per liter). Sedangkan, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan melalui tol adalah berkisar antara Rp 95.000 sampai dengan Rp 132.000.
Table 4 menjelaskan kondisi yang menjelaskan perjalanan yang ditempuh kontainer apabila lokasi depot kontainer berlokasi di dalam kawasan industri Tanjung Priok – Kawasan Industri Cikarang. Pada table 4, diperkirakan bahwa untuk melakukan kegiatan impor dan kemudian ekspor, kontainer akan menempuh perjalanan sejauh 120 km. Dengan perjalanan tersebut, dapat diestimasikan bahwa biaya yang dihabiskan untuk membeli bahan bakar kendaraan solar adalah sebesar Rp 398.533. Sedangkan, biaya yang dikeluarkan untuk melakukan perjalanan melalui tol adalah berkisar antara Rp 47.500 sampai dengan Rp 66.000.
Perbandingan kondisi yang ditimbulkan pada Table 3 dan Table 4 dapat disimpulkan bahwa apabila depot kontainer berlokasi di area industri, maka jarak yang ditempuh oleh kontainer akan berkurang sebanyak 106 km. Selain itu, biaya yang dihabiskan untuk bahan bakar kendaraan solar juga akan berkurang sebesar Rp 346.267.
Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa jumlah penghematan yang akan ditimbulkan dari pengeluaran bahan bakar kendaraan solar adalah sebesar 46,4% per perjalanan. Hal ini juga akan memberikan pengaruh pada pengeluaran biaya tol. Penghematan biaya yang akan diperoleh adalah berkisar Rp 47.500 sampai dengan Rp 66.000 per perjalanan. Penghematan yang akan diperoleh dari pengeluaran biaya tol adalah sebesar 50% per perjalanan.
Keuntungan lainnya yang dapat diperoleh adalah berkurangnya jumlah perjalanan yang harus ditempuh satu kontainer per hari, sehingga masih ada waktu yang tersisa untuk melakukan penjemputan kontainer lainnya. Apabila perjalanan yang ditempuh kontainer pada kondisi Table 1, yaitu lokasi depot kontainer berada disekitar pelabuhan dan berjauhan dari lokasi industri dapat menempuh waktu selama 8 jam (Tanjung Priok Port – Karawang International Industrial City – Depot – Karawang International Industrial City – Tanjung Priok Port). Sedangkan, dengan menempatkan depot kontainer di area industri, waktu yang ditempuh adalah selama 4 jam (Tanjung Priok Port – Karawang International Industrial City – Tanjung Priok Port).
Maka, dapat disimpulkan bahwa akan ada penghematan waktu selama 4 jam. Dengan begitu, pelaku industri masih memiliki waktu ekstra untuk melakukan penjemputan kontainer lainnya di dalam hari yang sama.
Penghematan – penghematan tersebut adalah menguntungkan bagi berbagai pihak. Selain akan menghemat biaya pengeluaran, akan ada penghematan waktu, dan penghematan bahan bakar. Dengan begitu, biaya logistik yang ditimbulkan dari biaya operasional dari pengangkutan kontainer impor dan ekspor dapat ditekan.
Referensi:
- Tarif Tol: http://bpjt.pu.go.id/cek-tarif-tol diakses pada 14 Januari 2019 pk. 11.10
- Jakarta–Cikampek Toll Road: https://en.wikipedia.org/wiki/Jakarta%E2%80%93Cikampek_Toll_Road diakses pada 14 Januari 2019 pk. 21.20
- Daftar Harga BBK Tmt 10 Oktober 2018: https://www.pertamina.com/id/news-room/announcement/daftar-harga-bbk-tmt-10-oktober-2018 diakses pada 14 Januari 2019 pk. 21.27
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Relokasi Depot Kontainer untuk Menurunkan Biaya Pengangkutan Kontainer (835.7 KiB, 668 hits)