QUESTIONS? CALL: +62 22 720 5375 +62 821 1515 9393

Supply Chain Indonesia

Supply Chain Indonesia

Lembaga Pendidikan, Pelatihan, Konsultasi, Penelitian, Pengkajian & Pengembangan Logistik

+62227205375
Email: sekretariat@SupplyChainIndonesia.com

SUPPLY CHAIN INDONESIA
Komplek Taman Melati B1/22 Pasir Impun Bandung 40194 Indonesia

Open in Google Maps
  • BERANDA
  • AGENDA
    • Seminar
    • Pelatihan
      • Supply Chain Manager
      • Warehouse Supervisor
    • Workshop
  • E-TRAINING
    • Supply Chain Management
    • Basic Logistics
    • Warehouse Management
    • Inventory Management
    • Transportation Management
    • Procurement Management
    • SCM Maritime Sector
  • PROFIL
  • BERITA
  • OPINI
  • UNDUH
    • Infografis
    • Paparan SCI
    • Data Logistik
    • Kementerian dan Lembaga
    • Organisasi Internasional
    • Asosiasi dan Lembaga Non-Pemerintah
    • Seminar dan Konferensi
    • Forum Diskusi
    • Materi Pembelajaran
      • Manajemen Logistik
      • ERP
      • Sistem Transportasi dan Distribusi
      • Supply Chain Management
      • Manajemen Persediaan
    • Regulasi
      • Undang-Undang
      • Peraturan Presiden
      • Peraturan Pemerintah
      • Kementerian Perhubungan
      • Kementerian Perdagangan
      • Kementerian Keuangan
      • Kementerian Pertanian
      • Kementerian Kesehatan
      • Peraturan Gubernur
      • Kementerian Perindustrian
      • Badan Nasional Penanggulangan Bencana
  • KONTAK
  • GALERI
    • Seminar & Konferensi
    • Forum Diskusi
    • Pelatihan & Workshop
  • FORUM
FREEINFO
Supply Chain Indonesia
Monday, 18 July 2016 / Published in Artikel Logistik Agrobisnis

Sistem Rantai Dingin (Cold Chain) dalam Implementasi Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN)

Oleh: Laurenzia Bianca | Junior Consultant – Supply Chain Indonesia

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tengah mengembangkan dan mengimplementasikan program Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN). Program ini ditetapkan dengan Peraturan Menteri KKP No. 5/Permen-KP/2014 tentang Sistem Logistik Ikan Nasional. Mengacu peraturan tersebut, SLIN bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan stabilisasi sistem produksi dan pemasaran perikanan nasional, memperkuat dan memperluas konektivitas antara sentra produksi hulu, produksi hilir dan pemasaran secara efisien, dan meningkatkan efisiensi manajemen rantai pasokan ikan, bahan dan alat produksi, serta informasi dari hulu sampai dengan hilir.

Implementasi SLIN menghadapi beberapa tantangan mendasar seperti karakteristik komoditas yang mudah rusak (perishable), keterpencilan (remoteness), dan faktor musim. Sejumlah tantangan tersebut mengakibatkan kesenjangan antar wilayah, mencakup kesenjangan ketersediaan komoditas, kesenjangan harga akibat rantai distribusi yang panjang, dan kesenjangan mutu ikan.

Berkaitan dengan hal-hal di atas, dalam implementasi SLIN diperlukan suatu struktur dan sistem rantai dingin yang terintegrasi guna mengatasi permasalahan kesenjangan, terutama yang terjadi karena wilayah Indonesia yang sangat luas dan sebagian besar merupakan lautan. Dalam sistem rantai dingin, komoditas ikan ditangani dalam kondisi beku, baik pada kegiatan penyimpanan maupun transportasi.

Rantai Dingin (Cold Chain)

Sondoro (2011) menjelaskan bahwa pembekuan ikan berarti menyiapkan ikan untuk disimpan di dalam suhu rendah (cold storage). Seperti pendinginan, pembekuan dimaksudkan untuk mengawetkan sifat-sifat alami ikan. Pembekuan menggunakan suhu yang lebih rendah, yaitu jauh di bawah titik beku ikan. Pembekuan mengubah hampir seluruh kandungan air pada ikan menjadi es, tetapi pada waktu ikan beku dilelehkan kembali untuk digunakan, keadaan ikan harus kembali seperti sebelum dibekukan. Ikan-ikan yang dibekukan untuk dikonsumsi mentah (sashimi) mutlak memerlukan terpeliharanya sifat-sifat ikan segar yang dibekukan, agar ketika dilelehkan tidak dapat dibedakan dari ikan segar.

Simatupang (2016) menjelaskan bahwa rantai dingin adalah bagian dari rantai pasok (supply chain) yang bertujuan untuk menjaga suhu agar produk tetap terjaga selama proses pengumpulan, pengolahan, dan distribusi komoditas hingga ke tangan konsumen, sedangkan manajemen rantai dingin adalah seluruh aktivitas rantai pendingin yang dianalisis, diukur, dikontrol, didokumentasikan, dan divalidasi agar berjalan secara efektif dan efisien baik secara teknis dan ekonomis.

Logistik rantai dingin sendiri merupakan gabungan antara kegiatan logistik dan pengendalian suhu. Dalam logistik rantai dingin tersebut, cold storage sebagai alat pembeku dan tempat penyimpanan ikan sangat penting. Cold storage ini harus dirancang dan digunakan secara tepat agar bisa berfungsi secara optimal.

Menurut Sondoro (2011), desain yang benar dan penggunaan yang benar dari cold storage dapat meminimalisasikan kerusakan selama penyimpanan dan memperpanjang masa simpan produk. Faktor design yang paling penting adalah:

  • Suhu rendah
  • Keseragaman suhu dalam seluruh ruangan cold storage
  • Kestabilan suhu dengan fluktuasi yang minimal
  • Distribusi udara yang baik untuk mempertahankan keseragaman suhu
  • Sirkulasi udara minimum untuk mencegah dehidrasi
  • Minimum ingress udara untuk meminimalkan fluktuasi

Penyimpanan komoditas ikan pada suatu suhu tertentu tersebut akan mempengaruhi kondisi komoditas itu, sehingga pengendalian atau pengaturan suhu tersebut dapat memperpanjang umur komoditasnya (extended shelf life), seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

Tabel Extended Shelf Life Komoditas Perikanan

Tabel

Menurut Simatupang (2016), untuk mendapatkan sebuah sistem rantai dingin yang tepat, ada empat tahap kritis yang harus dicermati dalam sistem rantai pendingin produk beku, yaitu:

  • Penanganan saat diproses awal
  • Penyimpanan dan pengolahan saat tiba di darat
  • Penanganan saat transportasi ke lokasi tujuan
  • Penanganan saat bongkar muat dan sistem distribusi ke konsumen.

Permasalahan dan Rekomendasi Implementasi Rantai Dingin

Dalam implementasi rantai dingin, terdapat beberapa permasalahan pada setiap tingkatan atau tahapan kegiatan dalam rantai pasok. Pada tahap produksi (pengadaan), yang menjadi permasalahan adalah ketersediaan modal serta kurangnya pemahaman terhadap cold chain. Kemudian permasalahan pada tahap pengumpulan dan penyimpanan adalah ketersediaan sarana (cold storage) serta ketersediaan infrastruktur dasar seperti, listrik, air bersih dan lainnya. Ketersediaan sarana (unplug reefer) menjadi permasalahan tersendiri pada tahap pengangkutan/transportasi.

Pada tahap penjualan (pengecer), permasalahan antara lain berupa kurangnya pemahaman terhadap cold chain, serta ketersediaan sarana dan permodalan. Pada tahap akhir, yaitu tahap konsumsi, yang masih menjadi permasalahan adalah kurangnya pemahaman terhadap kualitas produk sehingga berdampak pada pemilihan komoditas yang tentunya berpengaruh pada risiko kesehatan masyarakat.

Rekomendasi pada tahap produksi (pengadaan) adalah penyiapan sistem cold chain, pengembangan infrastruktur di sentra produksi, misalnya pabrik es, serta ketersediaan energi (listrik). Untuk tahap pengumpulan dan penyimpanan pun rekomendasinya serupa pada tahap produksi, hanya saja pengembangan infrastruktur dilakukan di sentra pengumpulan dan penyimpanan.

Pada tahap pengangkutan/transportasi, selain penyiapan sistem cold chain, pengembangan infrastruktur pendistribusian menjadi fokus utama, misalnya pelabuhan dan terminal dengan unplug reefer, pemberian insentif untuk mendorong pengembangan usaha dan investasi jasa logistik perikanan. Untuk pendistribusian, pengawasan keamanan komoditas menjadi rekomendasi atas menurunnya kualitas komoditas yang tentunya mengharuskan masyarakat sebagai pengkonsumsi meningkatkan pemahaman terhadap kualitas komoditas.

Bandung, 18 Juli 2016.

Referensi:

  • Sondoro, Yunias (2011). Pengawetan Ikan dengan Menggunakan Metode Pembekuan (Cold Storage). http://yunias19ocean.blogspot.co.id/2011/05/ pengawetan-ikan-dengan-menggunakan.html diakses pada 18-07-2016 pk.09.00.
  • Simatupang, T.M. (2016). Struktur dan Sistem Rantai Pendingin Ikan dalam Rangka Pengembangan Sistem Logistik Ikan Nasional (SLIN).

Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.

Download Artikel ini:

  Sistem_Rantai_Dingin_dalam_Implementasi_Sistem_Logistik_Ikan_Nasional_18-07-2016.pdf (626.6 KiB, 3,055 hits)

Komentar

comments

Tagged under: distribusi, Logistics, LOGISTIK, Logistik Indonesia, Pergudangan, Perikanan, rantai pasok, Sistem Logistik Ikan, Supply Chain, Supply Chain Indonesia, transportasi

What you can read next

Sistem Logistik Pertanian
Integrasi Kelembagaan untuk Implementasi Sistem Logistik Ikan Nasional
Perkembangan Rantai Pasok Pertanian di Indonesia

Recent Posts

  • Pelabuhan Parigi Buka Pangkalan Kapal Perintis Tol Laut

    REPUBLIKA.CO.ID, PARIGI — Otoritas Pelabu...
  • BGR Logistics-Perinus MoU Pemanfaatan Logistik Berbasis Teknologi

    Jakarta (ANTARA) – BUMN penyedia jasa log...
  • Supply Chain Management and Logistics: Innovative Strategies and Practical Solutions

    Summary Designed by practitioners for practitio...
  • Diperluas, Bandara Hang Nadim Disiapkan Jadi Kawasan Hub-Logistik

    Liputan6.com, Jakarta – Bandara Hang Nadi...
  • BPJT Klaim Kenaikan Tarif Tol Tak Pengaruhi Biaya Logistik

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengatur Jalan Tol ...
  • GET SOCIAL

Copyright © 2017, SUPPLY CHAIN INDONESIA | Komplek Taman Melati B1/22 Pasir Impun Bandung 40194 Indonesia

TOP
WhatsApp chat