Oleh: Dr. Zaroni, CISCP | Senior Consultant at Supply Chain Indonesia
Saat ini, organisasi perusahaan menghadapi perubahan lingkungan yang cepat dan beroperasi pada pasar yang semakin kompetitif. Kondisi ini mendorong organisasi perusahaan untuk membangun integrasi hubungan dengan pemasok dan pelanggan dalam sistem supply chain management. Sumber daya utama perusahaan yang merupakan sumber keunggulan bersaing, tidak hanya terbatas pada sumber daya dalam organisasi perusahaan, melainkan organisasi sebagai bagian dari sistem supply chain management. Tugas penting para top management adalah mengelola supply chain pada tingkat cost yang paling efisien dengan tetap menjaga fleksibilitas yang tinggi dalam membangun hubungan dengan pemasok untuk merespon kebutuhan pelanggan.
Sistem informasi akuntansi manajemen memiliki peran penting dalam supply chain management. Beberapa metode atau teknik cost management dapat digunakan untuk membantu top management dalam mengelola supply chain perusahaan.
Menghadapi perubahan lingkungan bisnis yang cepat, organisasi perusahaan selalu berusaha membangun keunggulan kompetitif secara berkelanjutan dalam peningkatan kualitas produk & layanan, kecepatan waktu pelayanan, dan efisiensi biaya, kini banyak perusahaan mulai mengadopsi prinsip-prinsip supply chain management. Keunggulan kompetitif perusahaan ditentukan oleh pengelolaan kualitas (quality), waktu (time), dan biaya (cost).
Dalam lingkungan bisnis yang dinamis, organisasi perusahaan harus secara gesit memberikan solusi kebutuhan pelanggan yang saat ini tidak diberikan oleh pesaing. Dalam teori marketing sering disebut unmet demand. Organisasi perusahaan harus secara terus-menerus melakukan inovasi layanan dan proses operasi yang mampu memberikan solusi unmet demand ini – solusi yang saat ini belum diberikan oleh pesaing.
Setiap organisasi perusahaan memerlukan supply chain management (SCM). SCM mengintegrasikan semua aktivitas pergerakan barang-barang, baik barang material dari pemasok, pemrosesan barang material menjadi barang dalam proses (work-in process) dan barang jadi (finished goods), dan selanjutnya mendistribusikan barang jadi tersebut ke pelanggan. SCM memastikan organisasi perusahaan mampu men-deliver produk atau jasa yang berkualitas dengan waktu yang cepat dan cost yang paling efisien.
Desain supply chain
Saat ini kompetisi terjadi bukan saja kompetisi antar perusahaan, melainkan kompetisi antar supply chain. Apa artinya? Perusahaan tidak hanya bersaing dalam produk dan pelayanan, namun persaingan perusahaan sudah melibatkan persaingan dalam memperoleh barang material dari pemasok, persaingan dalam memperoleh sumber daya dan service dalam transportasi, pergudangan, dan sistem distribusi barang-barang jadi yang dapat menjangkau ke akses pelanggan atau pasar seluas-luasnya.
Aktivitas kunci dalam SCM, mencakup: pemetaan kebutuhan dan unmet demand pelanggan untuk menentukan forecasting penjualan dan produksi, pemenuhan order penjualan, vendor management dan proses produksi, pergudangan dan inventory, pengelolaan transportasi dan distribusi, pengelolaan accounts payable dan receivable, dan pengelolaan cash inflow dan outflow.
Mengapa para top management memberi perhatian pada supply chain management? Pengelolaan supply chain yang efektif dilakukan untuk:
- Pengurangan biaya melalui pengurangan pemborosan (waste) dan pengurangan aktivitas non-value-added, termasuk persediaan yang berlebih.
- Peningkatan pelayanan dan respon terhadap pelanggan.
- Peningkatan kualitas komunikasi dalam supply chain (speed/timeliness, akurasi informasi, dan information sharing).
- Pengurangan siklus waktu (pengembangan produk baru dan supply leadtime).
- Pengendalian atau penghematan biaya.
Eksekusi desain supply chain ditentukan oleh strategi perusahaan. Contoh penerapan desain SCM di Wal-mart:
- Strategi Wal-mart: low cost producer & mass consumption goods.
- Strategi supply chain: efisiensi dan efektivitas.
- Fasilitas: jumlah warehouse sedikit dan hanya membangun warehouse bila permintaan tinggi.
- Inventory: pengiriman inventory secara langsung ke toko-toko Wal-Mart dari pabrikan dan menjaga tingkat inventory yang rendah.
- Transportasi: menyediakan transportasi secara in-house dan menjaga tingkat inventory yang rendah.
Value-chain
Kebutuhan pelanggan tidak hanya menginginkan harga yang wajar, mereka juga mengharapkan produk dan pelayanan yang berkualitas dengan proses waktu pelayanan yang cepat. Organisasi perusahaan mengelola value-chain untuk menciptakan value bagi pelanggan. Value-chain merupakan proses tahapan fungsi-fungsi bisnis dalam perusahaan untuk memberikan value bagi pelanggan.
Menurut Porter (1985), keunggulan kompetitif hanya dapat dipahami dengan melihat perusahaan secara keseluruhan. Keunggulan biaya dan diferensiasi yang sukses ditemukan dengan mempertimbangkan rantai kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk memberikan nilai kepada pelanggan. Model value-chain membagi kegiatan-kegiatan generik penambah nilai organisasi perusahaan ke dalam kegiatan primer dan kegiatan sekunder. Keuntungan atau kerugian dapat terjadi pada salah satu dari lima kegiatan primer (logistik masuk, operasi, logistik keluar, pemasaran dan penjualan, dan jasa) atau empat kegiatan sekunder (infrastruktur perusahaan, manajemen sumber daya manusia, pengembangan teknologi, dan pengadaan). Kegiatan-kegiatan ini secara bersama-sama membentuk value-chain perusahaan.
Setiap perusahaan mempunyai cara untuk menghasilkan value bagi pelanggannya. Sebagai contoh, Toyota Motor Company memfokuskan pada kualitas untuk menghasilkan value bagi pelanggan melalui penerapan lean production, six sigma, dan total quality management. Gucci, perusahaan apparel dari Italia menciptakan value bagi pelanggan melalui peningkatan brand. Unilever, perusahaan produsen consumer goods, menciptakan value melalui sistem logistik dan distribusi fast moving consumer goods yang handal.
Untuk menciptakan value, organisasi perusahaan melaksanakan aktivitas proses bisnis atau proses operasi, baik aktivitas utama maupun aktivitas pendukung. Pelaksanaan aktivitas memerlukan sumber daya, baik sumber daya internal maupun sumber daya yang diperoleh dari eksternal. Penggunaan sumber daya menimbulkan biaya atau cost. Para manajer mengidentifikasi dan menelusuri terjadinya biaya dalam setiap proses value-chain, dan memastikan bahwa biaya terjadi hanya untuk aktivitas yang memberikan value-added bagi pelanggan dan perusahaan.
Cost management
Sistem akuntansi digunakan untuk mencatat peristiwa dan transaksi ekonomi, seperti penjualan barang dan pembelian material, dan proses pengolahan data menjadi informasi yang membantu para manajer, seperti manajer penjualan, supervisor produksi, dan lain-lain, dalam pembuatan keputusan bisnis.
Proses pengolahan data transaksi ekonomi mencakup pengumpulan, pemilahan atau pengklasifikasian, peringkasan, dan penganalisaan data menjadi informasi akuntansi. Sebagai contoh, biaya dikumpulkan berdasarkan kategori biaya, seperti biaya material, tenaga kerja, dan biaya distribusi. Selanjutnya biaya-biaya tersebut diringkas untuk menentukan total biaya perusahaan per bulan, triwulan, dan tahunan.
Akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen memiliki tujuan yang berbeda. Akuntansi keuangan memfokuskan pada pelaporan informasi keuangan kepada pihak ketiga seperti investor, pemerintah, bank, dan pemasok berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan atau IFRS (International Financial Reporting Standard). Akuntansi manajemen merupakan proses pengukuran, penganalisaan, dan pelaporan informasi keuangan dan non-keuangan yang membantu para manajer dalam membuat keputusan untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi. Para manajer menggunakan informasi akuntansi manajemen untuk:
- Mengembangkan dan mengimplementasikan strategi.
- Mengkoordinasikan proses keputusan desain produk, produksi, dan pemasaran serta mengevaluasi kinerja perusahaan.
Cost management menyediakan informasi untuk akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Cost management merupakan proses pengukuran, penganalisaan, dan penyajian informasi keuangan dan non-keuangan yang terkait dengan biaya untuk mendapatkan dan menggunakan sumber daya-sumber daya dalam organisasi perusahaan. Cost management mencakup pengelolaan biaya atas aktivitas para manajer dalam menggunakan sumber daya untuk meningkatkan product value kepada pelanggan dan mencapai sasaran organisasi.
Cost management tidak hanya berhubungan dengan pengurangan biaya (reducing cost), melainkan cost management juga mencakup pembuatan keputusan penambahan biaya, misalnya penambahan biaya untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, kualitas, dan pengembangan produk baru, dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan dan laba.
Saat ini top management memberi perhatian yang serius dalam cost management, dengan beberapa alasan dan tantangan perubahan ligkungan bisnis antara lain: penurunan penjualan, penurunan margin, tekanan persaingan untuk penurunan harga jual, tekanan pelanggan untuk memilih produk-produk dengan harga yang murah, persaingan global, dan peningkatan biaya dari pemasok.
Pengurangan biaya (cost reduction) merupakan salah satu sasaran yang paling ingin dicapai dalam supply chain management. Selain itu, upaya untuk melakukan cost reduction mendorong organisasi perusahaan untuk fokus meningkatkan perhatian pada hubungan dengan organisasi perusahaan lain dalam supply chain, sehingga pemasok dan pelanggan dapat meningkatkan daya saing dan profitabilitas perusahaan.
Cost management tradisional mengabaikan kebutuhan manajemen biaya supply chain. Elemen penting dari konsep manajemen biaya dalam supply chain paling tidak ada dua perspektif dominan. Perspetif pertama, menggunakan target costing, yaitu menentukan target price, profit, dan cost atas suatu produk atau layanan yang dapat dicapai. Perspektif kedua didasarkan pada kegiatan berbasis biaya (activity-based). Perspektif target costing dan activity-based costing sebagai instrumen cost management memainkan peran utama dalam konsep supply chain cost management (Seuring dan Goldbach, 2002).
Manajemen biaya suatu perusahaan (disebut manajemen biaya intra-organisasi) dapat digambarkan sebagai portofolio kegiatan dan prosedur yang memungkinkan organisasi perusahaan untuk mengelola biaya dan membuat keputusan biaya. Portofolio untuk mengelola biaya ini dapat mencakup sejumlah langkah yang diterapkan dalam rantai nilai internal organisasi sebagai suatu metode atau teknik akuntansi manajemen modern, seperti activity-based costing, lean accounting, target costing, dan Kaizen costing.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan supply chain cost management merupakan hal yang penting untuk melibatkan berbagai teknik akuntansi manajemen, khususnya teknis akuntansi manajemen modern atau terbaru yang saat ini sedang dikembangkan.
Perlu ditekankan bahwa teknik akuntansi manajemen terbaru dianggap baru, bukan karena mereka menyediakan cara yang sangat berbeda dari perhitungan biaya, tetapi karena teknik akuntansi manajemen tersebut memungkinkan untuk mengevaluasi kinerja ekonomi dalam konteks supply chain. Sedangkan akuntansi manajemen tradisional lebih ditujukan untuk memberikan informasi tentang bagaimana keuntungan dapat dimaksimalkan melalui mekanisme pengendalian dan akuntabilitas yang kaku, seperti standard costing dan analisis varian.
Teknik-teknik akuntansi manajemen terbaru berusaha untuk menentukan bagaimana nilai yang dapat diterima oleh semua organisasi perusahaan dalam value-chain dapat dimaksimalkan. Teknik-teknik akuntansi manajemen terbaru memenuhi sejumlah persyaratan yang spesifik untuk supply chain, karena:
- memastikan kerja sama yang efektif antara pemasok dan pelanggan,
- komunikasi dan negosiasi di antara organisasi perusahaan dalam supply chain,
- mengeksploitasi kemungkinan perbaikan terus-menerus,
menghilangkan perilaku opportunistic dan meningkatkan pembelajaran dan koordinasi melalui benchmarking dan knowledge management.