Oleh: Dr. Zaroni, CISCP., CFMP.
Head of Consulting Division | Supply Chain Indonesia
Peran warehouse
Selain fungsi dasar warehouse sebagai tempat penyimpanan barang, dalam perspektif supply chain fungsi warehouse untuk konsolidasi, transit barang, break-bulk, pusat cross-dock, pusat penyortiran, fulfillments center, reverse logistics center, dan public sector services.
Fungsi yang diperankan warehouse tersebut menentukan operasional warehouse. Dalam fungsinya sebagai konsolidasi dan transit barang misalnya, warehouse berperan sebagai titik pengumpulan barang-barang yang diterima dari berbagai pasokan pabrik atau pemasok sebelum dikirim dengan menggunakan alat transportasi untuk didistribusikan ke penerima. Dengan konsolidasi barang memungkinkan dicapai efisiensi biaya transportasi.
Warehouse yang diposisikan sebagai trans-shipment atau break-bulk center menerima kuantitas barang dalam jumlah besar dari pemasok untuk selanjutnya dipecah (break-bulk) dalam jumlah kecil yang akan didistribusikan ke berbagai lokasi penerima (last-mile delivery). Fungsi warehouse sebagai trans-shipment atau break-bulk center ini sering kita temui di distribution center yang mengelola barang-barang dari berbagai produk atau merek untuk didistribustikan ke toko-toko pengecer seperti pasar tradisional, pasar modern, dan mini market.
Dalam perkembangannya, fungsi warehouse pun meluas menjadi cross-dock centers untuk pertukaran barang (clearing house) antarmoda transportasi sehingga dicapai kecepatan dan efisiensi biaya transportasi; sortation center yang kerap kita jumpai di perusahaan-perusahaan kurir seperti kantor pos yang melakukan fungsi penyortiran kiriman untuk diantar ke penerima; fulfillment center yang banyak dioperasikan oleh penyedia layanan e-dagang.
Perhatian dan kepedulian dunia usaha terhadap lingkungan dan keberlanjutan planet bumi mendorong perusahaan mengelola reverse logistics untuk mengumpulkan dan menarik produk recycle. Pengelolaan reverse logistics memerlukan warehouse sebagai drop center penerimaan produk-produk recycle dari konsumen dan warehouse penyimpanan produk-produk recycle sebelum diolah menjadi bahan baku yang digunakan kembali (reuse) untuk proses produksi produk jadi. Jepang merupakan salah satu negara yang sangat peduli terhadap isu lingkungan. Di sana, kita banyak menjumpai fungsi warehouse sebagai reverse logistics center untuk pengelolaan produk recycle.
Perhatian pemerintah terhadap penanggulangan bencana mendorong kebutuhan akan warehouse untuk penyimpanan bantuan kemanusian dan peralatan yang diperlukan untuk penanggulangan bencana. Warehouse untuk peran ini dikenal dengan public warehouse, karena dikelola oleh pemerintah atau Lembaga publik. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merencanakan pembangunan warehouse penanggulangan bencana di enam lokasi yang tersebar di berbagai kota disesuaikan dengan potensi risiko dan karakteristik jenis bencana.
Penentuan kapasitas dan lokasi warehouse
Persoalan berikutnya, berapa jumlah dan kapasitas warehouse yang perlu disiapkan untuk menyimpan persediaan? Di manakah lokasi warehouse?
Penentuan kapasitas dan lokasi warehouse sering menjadi keputusan strategic perusahaan. Seringkali menjadi perdebatan dalam pembahasan dalam strategic meeting para leader perusahaan: Apakah sebaiknya kapasitas warehouse ditingkatkan atau diturunkan?
Kapasitas warehouse ini mencakup luas dan jumlah warehouse. Pertanyaan strategic tersebut mengemuka bukan tanpa alasan dan jawaban. Sebab apa, keputusan penentuan kapasitas warehouse akan memengaruhi kinerja perusahaan secara keseluruhan, utamanya pelayanan pelanggan dan biaya logistik yang harus ditanggung perusahaan. Karenanya, menjadi penting untuk dipahami berapa kapasitas warehouse yang harus disiapkan perusahaan.
Sayangnya, tidak ada jawaban yang pasti. Penentuan kapasitas warehouse perusahaan bergantung pada karakteristik produk dan pengguna warehouse. Pertimbangan kuantitatif dan kualitatif dalam penentuan kapasitas warehouse perlu disimulasikan, sehingga didapatkan berapa kapasitas warehouse yang tepat.
Gwynne Richards (2014) dalam bukunya yang berjudul “Warehouse Management: A Complete Guide to Improving Efficiency and Minimizing Costs in The Modern Warehouse” mengajarkan beberapa kriteria yang perlu menjadi pertimbangan untuk penentuan kapasitas warehouse sebagai berikut:
Keputusan strategic berikutnya adalah penentuan lokasi warehouse. Di manakah lokasi warehouse sebaiknya dibangun? Seperti halnya penentuan kapasitas warehouse, pemilihan lokasi warehouse melibatkan serangkaian pertimbangan, baik kuantitatif maupun kualitatif. Umumnya, pertimbangan dalam pemilihan lokasi warehouse didasarkan pada (Gwynne Richards, 2014):
- biaya perolehan atau sewa tanah dan bangunan;
- akses pada jaringan dan moda transportasi;
- ketersediaan dan keterampilan tenaga kerja;
- akses transportasi untuk staf;
- ketersediaan pendanaan atau grant;
- ketersediaan dan biaya utilities seperti air dan telekomunikasi;
- kelancaran aliran arus barang;
- akses infrastruktur logistik seperti pelabuhan dan bandar udara;
- kedekatan dengan lokasi pemasok, pabrik, dan konsumen;
- potensi risiko kawasan terdekat seperti depo penyimpanan oli, bahan bakar, yang menyebabkan risiko kebakaran.
Secara spesifik, Tufan, Nihan, dan Kahraman (2010) memberikan panduan kriteria pemilihan lokasi warehouse sebagai berikut:
- Cost: biaya perolehan atau sewa tanah dan bangunan, biaya tenaga kerja, biaya transportasi, pajak, dan handling costs;
- Makro: kebijakan pemerintah, regulasi industri, kawasan industri dan pergudangan, stabilitas politik, dan keamanan;
- Karakterisik tenaga kerja: ketersediaan tenaga kerja, keterampilan tenaga kerja, akses transportasi pekerja, dan industrial relations;
- Infrastruktur: ketersediaan akses jaringan dan moda transportasi, pelabuhan, bandar udara, terminal, stasiun kereta api, sistem telekomunikasi, listrik dan air, kualitas dan keandalan sistem transportasi;
- Lingkungan: geografi, jauh dari limbah pabrik, kondisi cuaca, banjir, kepadatan, dan lain-lain;
- Pasar: kedekatan dengan pelanggan, pemasok, produsen, pabrik, trafik, lead time, dan respon pelanggan.
Berbagai pertimbangan tersebut disimulasikan secara geografis untuk menentukan center of gravity, sehingga diperoleh lokasi warehouse yang paling tepat.
***
Warehouse memainkan peran penting dalam supply chain. Keberadaan warehouse untuk menghubungkan dan menjadi media intermediary antara pemasok dan pabrik, distributor, pengecer, dan konsumen. Warehouse memungkinkan pasokan dan pemenuhan barang secara tepat dan efisien, yang menjadi fasilitas pentingnya penyimpanan persediaan barang.
Perkembangan fungsi dan operasi warehouse dalam dekade terakhir semakin pesat seiring dengan peningkatan arus pemenuhan dan pengiriman barang dalam model e-dagang. Warehouse telah meluas fungsinya tidak sekadar tempat penyimpanan barang. Kini warehouse telah berperan dalam fungsi consolidation, cross-dock, dan fulfillment center. Bahkan warehouse kini berperan sebagai reverse logistics center.
4 Juni 2018
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI_-_Artikel_Warehouse_dalam_Perspektif_Supply_Chain_Bagian_2_dari_2_tulisan-.pdf (774.6 KiB, 994 hits)