Oleh: Bortiandy Tobing, S.T., M.M.T. | Senior Consultant at Supply Chain Indonesia
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi kebangkrutan beberapa perusahaan besar dunia, seperti Nokia dan Sony, serta perusahaan logistik raksasa Hanjin. Beberapa perusahaan besar dunia juga hengkang dari tanah air, antara lain General Motor Indonesia, Ford Motor Indonesia, Toshiba, dan Panasonic.
Di lain sisi, seiring dengan pertumbuhan teknologi manufaktur dan informasi yang luar biasa cepat, beberapa perusahaan dengan sumber daya dengan sumber daya terbatas muncul memenuhi keinginan kosumen dan mampu menguasai pasar. Kehadiran Traveloka, Lazada, Zalora, dan perusahaan-perusahaan dengan konsep sharing economic, seperti Go-Jek, Grab, dan Uber, mengakibatkan perusahaan-perusahaan berbasis konvensional kehilangan banyak pendapatan pada tahun 2016 dan memaksa untuk mengubah konsep bisnisnya.
Perkembangan teknologi manufaktur dan informasi saat ini telah memaksa semua pihak mengikuti perubahan dan masuk pada era “SHIFT” (Simple, Hare, Individual, Fast, Tangible).
Simple
Pertumbuhan dan perkembangan produk tablet computer telah menggerus secara jelas pasar personal computer dan laptop. Keinginan konsumen untuk memiliki peralatan elektronik yang dapat dibawa dengan mudah dan memiliki koneksi jaringan internet mendorong berbagai pihak manufaktur untuk menghadirkan produk tablet computer. Terjadi penurunan penjualan secara angka pada tahun 2016, namun pemakai tablet computer secara jumlah terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Beberapa tahun ke depan, perusahaan manufaktur perlahan namun pasti akan melakukan penyederhanaan terhadap kapasitas dan alur proses. Hal ini tentu berdampak pada rantai pasok dan penyerapan sumber daya pada industri terkait.
Hare
Berdasarkan laporan survei kuantitatif lembaga riset pemasaran MARS Indonesia, ”Analisis Kebutuhan Ponsel Pintar (2016)”, hampir 80% dari 209 responden mengaku mengganti ponsel pintar dalam waktu kurang dari dua tahun. Melalui perilaku konsumen, dari 80%, sebanyak 154 responden (73,6% dari total responden) melakukan penggantian telepon selular dengan alasan “model baru, takut ketinggalan jaman, mencari yang lebih canggih, dan lainnya”.
Perkembangan dan pertumbuhan teknologi telah menjadikan inovasi produk bergerak sangat cepat dan menjadikan siklus hidup produk (product life cycle) menjadi singkat, serta menjadikan produk dan layanan menjadi cepat usang. Hal ini terlihat jelas pada industri informasi dan komunikasi.
Inovasi merupakan kunci utama setiap perusahaan untuk dapat bertahan dalam era persaingan yang sangat ketat ini. Kegagalan atau keterlambatan dalam melakukan inovasi akan berdampak signifikan terhadap penjualan produk dan keberlangsungan bisnis. Situasi yang dihadapi beberapa perusahaan multinasional, seperti Kodak, Nokia, dan berbagai perusahaan terkenal lainnya, adalah bukti jelas akan pentingnya inovasi serta respon perusahaan dalam menghadapi perubahan yang terjadi.
Individual – Customize
Teknologi telah memberikan kemudahan bagi perusahaan manufaktur dan jasa untuk memberikan produk dan layanan sesuai dengan keinginan konsumen. Varian produk dan layanan yang lebih banyak, namun dalam jumlah terbatas, bukan lagi menjadi kendala dalam penentuan harga jual yang diberikan kepada pelanggan. Dahulu orang tidak bisa mendapatkan layanan produk offset lainnya, yang dapat dipesan dalam jumlah minimum, desain sesuai keinginan konsumen, dan harga yang terjangkau.
Dukungan teknologi terhadap kustomisasi produk dan layanan harus cepat diantisipasi, agar investasi yang ditanamkan dapat kembali dalam waktu singkat. Perubahan ini, memaksa setiap pelaku bisnis untuk melepaskan ke-ego-an dan saling berbagi manfaat. Jika tidak, maka kita akan menemukan perusahaan yang mengikuti jejak Hanjin berikutnya.
Fast – Delivery and Information
Perkembangan teknologi saat ini telah menjadikan konsep real time sebagai kebutuhan dan membuat ruang, gerak, dan waktu tidak menjadi kendala. Hal ini sangat terlihat dengan tumbuh pesatnya situs belanja online yang dipicu oleh perilaku konsumen melakukan belanja online.
Pelaku bisnis harus mampu melakukan pengiriman produk dalam jumlah kecil, bahkan satuan, dengan harga yang terjangkau. Mereka juga harus mengganti pola konvensional pengiriman dalam jumlah tertentu dan berbagi sumber daya (sharing resources), karena bisnis saat ini tidak dapat berjalan jika hanya dilakukan secara perseorangan.
Tangible – Reasonable Price
Harga murah bukan lagi menjadi jaminan bagi konsumen untuk membeli produk dan layanan. Berbagai persyaratan dan keinginan pelanggan telah mengubah paradigma “Harga Murah” menjadi “Harga Terjangkau”.
Perilaku konsumen dalam melakukan transaksi belanja online sangat menarik untuk diperhatikan. Jika diamati secara teliti, sesungguhnya tidak seluruh barang yang dijual melalui situs belanja online (jika termasuk ongkos kirim) lebih murah dibandingkan dengan harga jual di toko. Perkembangan teknologi telah memberi berbagai kemudahan bagi konsumen dan menjadikan harga produk tidak lagi mutlak, namun bersifat relatif.
People and Products are Shifting
Dunia saat ini sedang mengalami perubahan yang tidak lagi linier, tetapi dengan percepatan yang membentuk persamaan eksponensial. Pertumbuhan dan perkembangan teknologi secara otomatis memberikan dampak yang signifikan, baik terhadap perilaku manusia, maupun terhadap produk dan layanan yang ditawarkan.
Pergeseran yang terjadi di tengah kondisi ekonomi dunia yang stagnan, bagaikan gelombang di lautan luas yang siap menerjang dan akan menenggelamkan setiap kapal yang melintas. Sama halnya seperti kapal di tengah gelombang badai, jika Anda diam dan hanya memastikan mesin kapal menyala, maka akan muncul berbagai permasalahan dan ancaman kebangkrutan.
27 Januari 2017.
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan/atau sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis, serta tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Waspadai Gelombang SHIFT (769.2 KiB, 267 hits)