Oleh: Dr. Zaroni, CISCP., CFMP., CMILT.
Head of Consulting Division
Supply Chain Indonesia
Ada dua cara untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan. Naikkan harga jual atau turunkan biaya. Masalahnya, banyak perusahaan menghadapi situasi persaingan yang sangat ketat. Bahkan mendekati persaingan sempurna. Pada situasi persaingan seperti ini, menaikkan harga jual malah akan kehilangan penjualan. Alih-alih mendapatkan peningkatan keuntungan.
Menaikkan harga jual hanya akan efektif dapat meningkatkan keuntungan bila perusahaan berada pada situasi pasar monopoli. Monopoli di sini tidak harus monopoli dalam konteks regulasi. Monopoli produk di pasar bisa terjadi karena keunikan atau diferensiasi produk. Pesaing atau pemain baru tidak mudah untuk menirunya. Hanya pada struktur pasar monopoli, kenaikan harga jual produk akan memberikan peningkatan keuntungan.
Umumnya, perusahaan tidak mudah untuk menjadi monopoli. Pesaing atau pendatang baru pasti akan berusaha untuk meniru atau memasuki pasar yang banyak permintaannya. Dengan kata lain, pilihan strategi menaikkan harga untuk memaksimalkan keuntungan sangat sulit dicapai bagi kebanyakan perusahaan. Oleh karena itu, penurunan biaya menjadi pilihan strategi yang masuk akal.
Strategi penurunan biaya
Ada banyak strategi dan teknik yang digunakan perusahaan untuk menurunkan biaya. Pengendalian anggaran (budgetary control), penerapan biaya standar (standard costing), dan analisis nilai (value analysis), merupakan beberapa contoh teknik penurunan biaya.
Teknik penurunan biaya melalui pengendalian anggaran dilakukan pada saat mulai penyusunan anggaran biaya. Anggaran biaya sebagai alat kontrol dalam pelaksanaan suatu program atau kegiatan yang menimbulkan biaya. Penyusunan anggaran biaya yang efektif untuk pengendalian biaya harus berdasarkan program atau kegiatan.
Ide dasarnya sederhana. Biaya dapat dianggarkan bila benar-benar ada program atau kegiatan yang akan dijalankan. Seringkali organisasi menyusun anggaran biaya hanya melihat realisasi biaya tahun sebelumnya yang dinaikkan 8%, misalnya, sesuai inflasi. Penyusunan anggaran biaya seperti ini tidak dapat dijadikan alat untuk pengendalian biaya.
Penurunan biaya melalui pengendalian anggaran dilakukan dengan pengendalian secara ketat pada saat realisasi biaya. Biaya yang tidak ada manfaat untuk mendukung suatu program atau kegiatan tidak akan disetujui.
Standar costing diterapkan untuk pengendalian biaya melalui penerapan biaya standar (standard cost) dan kuantitas atau volume standar (standard volume). Perusahaan yang menerapkan standard costing akan menetapkan biaya standar produk atau jasa. Biaya standar produksi suatu produk ini mencakup biaya standar material, biaya standar tenaga kerja, dan biaya standar overhead.
Pengendalian biaya dilakukan dengan membandingkan biaya sesungguhnya (actual cost) dengan biaya standar. Dari pembandingan ini akan menghasilkan dua kemungkinan. Perbedaan menguntungkan (favorable variance) dan tidak menguntungkan (unfavorable variance). Analisis penyebab variance perlu diidentifikasi dan selanjutnya dilakukan perbaikan proses untuk mendapatkan penurunan biaya.
Strategi penurunan biaya dengan menerapkan analisis nilai (value analysis) dimaksudkan untuk mengeliminasi biaya yang tidak memberikan nilai tambah bagi produk atau layanan. Metode yang sering digunakan dalam analisis nilai adalah value stream mapping (VSM).
Value stream mapping (VSM)
VSM adalah suatu metode yang pada awalnya dikembangkan oleh Toyota untuk memetakan alur produksi dan alur informasi yang diperlukan untuk memproduksikan satu produk atau jasa. Tidak hanya pada setiap area kerja, tetapi pada tingkat total proses produksi atau alur layanan.
VSM tidak saja digunakan untuk mengidentifikasi pemborosan. Tetapi, juga digunakan untuk menyusun action plan dengan mengintegrasikan berbagai teknik lean untuk mendapatkan kondisi yang lebih ideal.
Tujuan utama lean adalah menurunkan biaya. Dengan cara mengeliminasi berbagai macam pemborosan di dalam proses bisnis dan sistem. Agar berbagai pemborosan dapat diungkapkan dengan tepat dan memiliki gambaran menyeluruh, maka dibutuhkan pendekatan VSM.
Lean berfokus pada penambahan nilai bagi pelanggan dan menghilangkan langkah-langkah yang tidak menambah nilai (pemborosan). VSM digunakan dalam lingkungan lean untuk memetakan dan menganalisis kegiatan yang menambah nilai dan tidak menambah nilai serta langkah-langkah dalam aliran dan proses informasi.
Model ini memvisualisasikan kegiatan yang menambah nilai bagi pelanggan dan kegiatan yang tidak menambah nilai. Oleh karena struktur tetapnya, seringkali kita dapat menemukan potensi perbaikan yang signifikan dan tindakan perbaikan yang sesuai.
VSM digunakan dalam lingkungan lean untuk mengidentifikasi peluang-peluang perbaikan dalam lead-time, karena model ini mengidentifikasi pemborosan dan kegiatan-kegiatan yang tidak menambah nilai. Pemetaan proses ini melibatkan pembuatan suatu diagram di mana proses, aliran, material, informasi yang mengalir, dan semua data penting lainnya (misalnya tingkat inventory, waktu pengolahan, dan batch size) yang divisualisasikan dengan bantuan framework dan simbol-simbol yang distandardisasi (Rother & Shook, 2003). Peta ini adalah titik awal untuk merancang aliran nilai masa depan yang lean.
Referensi:
- Jacobs, F. Robert, dan Chase, Richard B. (2020), Operations and Supply Chain Management: The Core, Fifth Edition, McGraw-Hill Education.
- Rother, M. dan Shook, J. (2003) Learning to See: Value stream mapping to add value and eliminate muda. Cambride, MA: Lean Enterprise Institute.
12 Agustus 2021
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Penggunaan Value Stream Mapping untuk Penurunan Biaya (Bagian 1 dari 2 Tulisan) (926.1 KiB, 155 hits)