Jakarta – Truk-truk logistik bermuatan lebih atau overload masih banyak ditemui di lapangan. Padahal, keberadaan truk-truk ‘obesitas’ ini telah menimbulkan lebih banyak inefisiensi dibanding efisiensi biaya logistik yang ingin dicapai dengan mengangkut barang lebih banyak.
Pemerintah sendiri telah berusaha menyediakan pilihan jalur logistik lain selain darat, di antaranya melalui jalur kereta api dan kapal laut. Namun kedua jalur alternatif ini kurang diminati oleh pengusaha.
Untuk jalur kereta, pilihannya kurang diminati lantaran membutuhkan biaya 1,5 kali jalur darat. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno, mengatakan dibebankannya pajak kepada barang sebesar 10% membuat jalur ini kurang diminati oleh pengusaha.
“Kalau darat sudah nggak efektif lagi, harus pindah ke kereta. Tapi keretanya jangan mahal-mahal, karena pajak tadi. Dulu PT Kereta Api Indonesia juga pengennya murah. Bukan mahal,” katanya kepada detikFinance saat dihubungi, Selasa (22/5/2018).
Terbukti dari realisasi jumlah angkutan barang yang menggunakan kereta pada tahun lalu. PT Kereta Api Indonesia mencatat realisasi jumlah angkutan barang sepanjang 2017 tidak tercapai, di mana dari target 39,9 juta terealisasi cuma 36 juta.
Sementara untuk jalur kapal laut, sejak akhir 2017 pemerintah telah menyiapkan Kapal RoRo jarak jauh untuk rute Jakarta-Surabaya yang disubsidi untuk mengurangi beban Jalan Pantura. Namun jalur ini juga kurang diminati lantaran terbentur oleh kendala non teknis seperti biaya retribusi yang membebani biaya logistik.
Sumber dan berita selengkapnya:
Salam,
Divisi Informasi