Oleh: Setijadi | Chairman at Supply Chain Indonesia
Supply Chain Indonesia (SCI) memberikan apresiasi kepada Pemerintah, khususnya Kementerian Perhubungan, dalam upaya mengembangkan konektivitas di Indonesia melalui berbagai inisiatif program, terutama melalui pengembangan transportasi laut. Di samping Program Tol Laut, Kementerian Perhubungan tengah mewacanakan penggunaan kapal feri jarak jauh.
Peningkatan konektivitas merupakan program strategis dan berjangka panjang.
Perubahan dan pengembangan berbagai konsep dalam program peningkatan konektivitas akan menyulitkan kementerian/lembaga terkait, baik dalam penyusunan maupun pelaksanaan program-program implementasinya.
Perubahan-perubahan itu mengakibatkan ketidakpastian yang menyulitkan industri dalam perencanaan pengembangan usahanya, baik penyedia maupun pengguna jasa transportasi dan logistik.
Pengembangan konektivitas akan berdampak terhadap efisiensi biaya logistik jika diikuti dengan pengembangan sistem transportasi dan logistik yang dapat memfasilitasi peningkatan ekonomi skala (economy of scales) dan keseimbangan arus barang.
SCI merekomendasikan kepada Pemerintah untuk menyusun dan menetapkan rencana induk (master plan) pengembangan konektivitas nasional untuk jangka waktu 25 tahun. Rencana induk disusun sebagai suatu rencana yang bersifat strategis, sistemis, sistematis, dan integratif.
Rencana induk harus berdasarkan data supply & demand, serta pola dan volume pergerakan barang di wilayah Indonesia, baik domestik maupun internasional. Data berupa kondisi saat ini dan proyeksi jangka panjang, termasuk arah pembangunan dan perkiraan atau target pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah.
Dengan mempertimbangkan kondisi geografis Indonesia, rencana induk konektivitas harus mengintegrasikan rencana pengembangan transportasi multimoda dengan transportasi laut sebagai backbone.
Efisiensi biaya transportasi laut dapat dicapai antara lain melalui penggunaan kapal berkapasitas besar yang memerlukan penyiapan infrastruktur pelabuhan, terutama kedalamannya. Pada saat ini, kedalaman beberapa pelabuhan utama di Indonesia berkisar 6-12 m. Pelabuhan dengan draft kurang dari 9 m hanya bisa disinggahi kapal berkapasitas maksimum 800 TEUs. Di samping karena persoalan muatan, hal ini menjadi salah satu penyebab sebagian besar kapal di Indonesia berukuran 350-800 TEUs yang relatif kurang efisien. Sebagai perbandingan, sebagian besar kapal di beberapa negara (Malaysia, India, dan China) berukuran di atas 1000 TEUs.
Pengembangan infrastruktur konektivitas juga harus mempertimbangkan dan mendukung pengembangan komoditas dari wilayah-wilayah, seperti komoditas pertanian, perkebunan, dan perikanan. Di samping akan meningkatkan daya saing produk dan komoditas Indonesia, pengembangan konektivitas dan logistik berbasis komoditas (commodity based) akan meningkatkan volume arus barang dari berbagai wilayah dan kawasan tertentu yang potensial namun terkendala akses. Hal ini akan mendorong pencapaian keseimbangan muatan, sehingga akan meningkatkan efisiensi biaya logistik nasional.
Terima kasih.
27 November 2016
Download Catatan ini:
Kapal Feri Jarak Jauh, Konektivitas, dan Efisiensi Biaya Logistik (503.0 KiB, 194 hits)