Oleh: Dr. Zaroni, CISCP., CFMP.
Head of Consulting Division | Supply Chain Indonesia
Produk berkualitas menjadi salah satu kunci sukses dalam membangun keunggulan perusahaan. Kegagalan produk (product failure) akan dapat merusak reputasi brand dan imej perusahaan.
Masih segar dalam ingatan kita, kasus Samsung Note 7 yang terbakar di dalam pesawat saat akan lepas landas di AS menjadi pelajaran berharga bagi Samsung. Saat kasus itu terjadi, Samsung berkomitmen untuk menghentikan sementara produksi flagship terbarunya, sampai investigasi penyebab kegagalan produk dan kasusnya selesai.
Namun demikian, karena kasusnya tidak hanya terjadi di AS, perusahaan kebanggaan bangsa Korea Selatan itu akhirnya mendiskontinyu dan menghentikan penjualan produk Samsung Note 7 tersebut untuk selama-lamanya.
Menurut Reuters, kegagalan produk Note 7 ini membuat Samsung menanggung kerugian sekitar Rp221 triliun.
Manajemen Kualitas
Kualitas produk atau jasa telah menjadi salah satu alat untuk meningkatkan daya saing perusahaan. American Society for Quality mendefinisikan kualitas sebagai fitur dan karakteristik dari suatu produk atau jasa yang dibuat atau diberikan sesuai dengan spesifikasinya untuk dapat memuaskan penggunanya pada saat pembelian atau selama masa penggunaan produk atau jasa tersebut.
Standar kualitas internasional telah banyak dikembangkan, salah satunya adalah ISO 9000, yang dikembangkan oleh International Organization for Standardization. ISO 9000 berisi lima standar internasional untuk manajemen kualitas yang saat ini telah diadopsi lebih dari 85 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Standar ISO membantu perusahaan-perusahaan dalam memonitor, mendokumentasikan, dan mensertifikasi setiap elemen proses bisnis atau aktivitas yang menentukan kualitas produk atau jasa.
Selain itu, banyak perusahaan yang mempersyaratkan pemasok atau mitra stratejiknya untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9000. Dus, sertifikasi ISO 9000 menjadi persyaratan penting bagi perusahaan-perusahaan untuk berkompetisi secara global.
Sejatinya, aspek kualitas difokuskan pada dua sisi: desain kualitas (quality design) dan kesesuain kualitas (conformance quality). Desain kualitas merujuk pada seberapa tepat karakteristik produk atau jasa telah memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen. Kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap suatu produk atau jasa ini mencakup kegunaan atau fungsional produk atau jasa dan sisi emosional dalam penggunaan produk atau jasa tersebut. Sementara kesesuaian produk merupakan kinerja produk atau jasa dengan spesifikasi produk atau jasa yang dijanjikan (Horngren, 2015).
Dengan demikian, untuk membangun produk atau jasa berkualitas yang mesti dilakukan adalah menetapkan desain atau spesifikasi produk atau jasa yang paling mendekati dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Banyak perusahaan-perusahaan saat ini melakukan riset eksploratif untuk menggali kebutuhan dan keinginan sesuai segmen konsumen yang disasar. Dari hasil riset tersebut selanjutnya dijadikan referensi dalam desain produk atau jasa.
Seringkali kita menemukan perusahaan gagal dalam menangkap kebutuhan dan keinginan konsumennya, sehingga desain produk atau jasa tersebut jauh dari harapan mereka. Begitu spesifikasi produk atau jasa telah ditetapkan, selanjutnya adalah mengirim produk atau jasa sesuai dengan spesifikasinya.
Dari perspektif manajemen kualitas ini, kita bisa mengevaluasi kualitas suatu produk atau jasa dari tiga hal, yaitu: kepuasan konsumen, desain spesifikasi produk atau jasa, dan kinerja aktual produk atau jasa. Dengan perspektif ini, kita bisa mengidenfikasi kegagalan kualitas produk atau jasa dari dua hal: kegagalan desain (design-quality failure) dan kegagalan kesesuain kinerja (conformance–quality failure).
Biaya Kualitas
Dari perspektif keuangan, seberapa perusahaan peduli terhadap manajemen kualitas dapat diukur dari anggaran dan realiasi biaya kualitas. Biaya kualitas ini untuk melaksanakan aktivitas peningkatan kualitas produk atau jasa secara keseluruhan.
Umumnya, biaya kualitas perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat biaya (Horngren, 2015):
1. Biaya pencegahan (prevention costs) – biaya yang terjadi untuk aktivitas pencegahan kegagalan produk atau jasa yang tidak sesuai dengan spesifikasinya.
Contoh prevention costs adalah design produk, desain proses, seleksi pemasok, pemeliharaan peralatan, pelatihan kualitas, dan pengujian material baru.
2. Biaya penilaian (appraisal costs) – merupakan biaya yang dimaksudkan untuk mendeteksi terjadinya kegagalan produk.
Contoh appraisal cost antara lain inspeksi produk dan pengujian produk.
3. Biaya kegagalan internal (internal failure costs) – merupakan biaya penanganan produk cacat yang ditemukan dalam proses produksi atau masih dalam internal perusahaan sebelum produk dikirim ke pelanggan.
Spoilage, rework, dan scrap atas produk dalam proses perbaikan produk yang masih berada dalam perusahana merupakan contoh biaya kegiatan untuk internal failure.
4. Biaya kegagalan eksternal (external failure costs) – biaya yang terjadi untuk menangani produk cacat yang sudah terlanjur ditemukan di pasar.
Contoh external failure cost: customer services, warranty repair, dan liability claims.
Menerapkan Kaizen dan Gemba
Kaizen dan Gemba dapat diterapkan di perusahaan untuk membangun budaya kualitas agar perusahaan dapat menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas.
Kaizen secara harfiah berarti perubahan (kai) menjadi baik (zen). Unsur-unsur utama dari kaizen adalah: kualitas, usaha, kemauan untuk berubah, dan komunikasi.
Rumah Gemba, sebagai landasan Kaizen, memiliki lima unsur dasar:
– Kerjasama tim
– Disiplin pribadi
– Moral yang lebih baik
– Lingkaran kualitas
– Saran untuk pengembangan
Berdasarkan landasan ini, Kaizen berfokus pada penghapusan Muda (pemborosan dan inefisiensi), kerangka 5S untuk pengaturan rumah tangga organisasi yang baik dan standardisasi.
Kaizen dapat digunakan untuk memecahkan beberapa jenis masalah inefisiensi proses, masalah kualitas, persediaan dalam jumlah banyak dan masalah pengiriman dan tenggang waktu. Karyawan didorong untuk mengemukakan saran selama pertemuan mingguan (acara Kaizen) bagi pengembangan dan perbaikan kecil atau besar.
Pelaksanaan yang benar dari konsep Kaizen akan menghasilkan:
– Peningkatan produktivitas
– Peningkatan kualitas
– Keamanan yang lebih baik
– Pengiriman lebih cepat
– Penurunan biaya
– Kepuasan pelanggan
– Moral dan kepuasan kerja karyawan meningkat
Langkah-langkah berikut harus diambil dalam acara-acara Kaizen:
– Definisikan masalah dan tujuan dari acara tersebut
– Analisis fakta
– Ciptakanlah solusi yang mungkin
– Rencanakan solusi
– Terapkan solusi
– Periksa dan amankan solusinya
Filosofi Kaizen beresonansi baik dengan kecepatan perubahan pada tingkat operasional dalam organisasi. Kesinambungan pengembangan diusulkan dan dilaksanakan oleh orang-orang di tempat kerja mungkin merupakan alasan terkuat yang mendukung Kaizen.
Kesederhanaan model ini mempermudah implementasi, meskipun beberapa budaya mungkin tidak menerima tingginya tingkat disiplin diri yang dapat dipertahankan oleh Jepang.
Kaizen lebih tepat bagi situasi perubahan bertahap daripada perubahan mendadak. Satu budaya yang berfokus pada sukses jangka pendek bukanlah lingkungan yang tepat bagi Kaizen. Kerja sama dan disiplin pada semua tingkat organisasi adalah kunci mutlak bagi keberhasilan implementasi konsep Kaizen.
16 Maret 2017
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Membangun Produk Berkualitas (765.7 KiB, 550 hits)