AKURAT.CO Penggunaan hambatan non-tarif atau non-tariff measures (NTM) dalam perdagangan umum dilakukan banyak negara untuk mendukung tujuan politik dan ekonomi mereka. Namun penggunaan NTM yang berlebihan justru dapat berdampak negatif bagi bisnis, konsumen serta perekonomian mereka secara umum.
Indonesia merupakan salah satu negara yang paling banyak menggunakan hambatan ini, terutama di sektor pangan dan hasil pertanian. Hal ini berakibat pada tingginya harga pangan sehingga membebani konsumen, menggerogoti daya saing ekspor serta membahayakan ketahanan pangan nasional.
“‘NTM memang seringkali diperlukan untuk alasan kesehatan dan keamanan, namun penggunaan yang eksesif dapat mempengaruhi struktur pasar dan menambah biaya tinggi pada bisnis yang pada akhirnya diteruskan kepada konsumen,” ujar Felippa Amanta, Kepala Peneliti Center for Indonesian Policy studies (CIPS) lewat keterangan tertulisnya, Minggu (20/6/2021).
Ia mengatakan permasalahan NTM ini dan merekomendasikan agar pemerintah mengurangi penggunaan NTM demi memacu ekspor serta pertumbuhan ekonomi nasional.
Felippa mengatakan, NTM menambah biaya untuk penegakan kepatuhan terhadapnya dan untuk pengadaan serta adaptasi proses bagi bisnis manufaktur makanan dan minuman (F&B), membatasi akses korporasi ke pasar global, dapat mengurangi produktivitas dan daya saing dan juga melemahkan ketahanan pangan nasional. Indonesia berada pada posisi ke 65 dari 113 negara yang diteliti dalam Global Food Security Index oleh the Economic Intelligence Unit.
Sumber dan berita selengkapnya:
https://akurat.co/pemerintah-harus-tekan-penggunaan-ntm-jika-ingin-pacu-ekspor-hingga-wujudkan-ketahanan-pangan
Salam,
Divisi Informasi