Oleh: Nova Indah Saragih
Dosen Program Studi Teknik Industri
Universitas Widyatama
Kolaborasi antara perusahaan yang berpartisipasi dalam pengaturan rantai pasokan diyakini secara umum dapat meningkatkan efisiensi dan mengurangi ongkos. Hal tersebut berlaku terutama pada kolaborasi peramalan karena perusahaan menghabiskan sumber daya berharga untuk merespons kondisi yang tidak terduga (Andarski, 1998; Stank dan House, 2001 dalam Stefansson, 2005).
Namun, potensi peningkatan efisiensi tidak berhenti pada kolaborasi peramalan. Perusahaan menciptakan peningkatan nilai dengan berkolaborasi pada pengetahuan, sumber daya, promosi, pesanan, dan sebagainya yang sama-sama berharga (Doz dan Hamel, 1998; Skjoett-Larsen dkk., 2003 dalam Stefansson, 2005). Stank dan House (2001) dalam Stefansson (2005) menunjukkan bahwa kolaborasi adalah proses pengambilan keputusan di antara pihak-pihak yang saling tergantung dan pihak-pihak tersebut termasuk pembawa muatan (carrier) dan penyedia layanan logistik (logistics service provider).
Virum (1993) dalam Stefansson (2005) mengemukakan definisi penyedia layanan logistik pihak ketiga sebagai layanan yang ditawarkan oleh seorang perantara pada saluran logistik yang telah mengkhususkan diri dalam menyediakan kontrak untuk periode waktu tertentu, semua atau sejumlah besar kegiatan logistik untuk perusahaan lain. Langley dkk. (1999) dalam Stefansson (2005) memberikan definisi penyedia layanan pihak ketiga sebagai perusahaan yang menyediakan beberapa layanan logistik untuk pelanggannya yang mana penyedia logistik pihak ketiga merupakan pihak luar dari perusahaan pelanggan dan diberi kompensasi untuk layanannya.
Peran penyedia layanan pihak ketiga dalam logistik kolaboratif bervariasi sesuai dengan tingkat outsourcing. Tingkat outsourcing bervariasi dan aktivitas outsourcing berbeda dalam kompleksitasnya. Pengaturan logistik pihak ketiga mencakup hubungan langsung yang melibatkan semua hal, mulai dari beberapa aktivitas logistik yang sederhana hingga solusi logistik tingkat lanjut termasuk aktivitas bernilai tambah seperti pengaturan merge-in-transit. Untuk menentukan berbagai tingkat logistik pihak ketiga, model tingkat atau level dapat digunakan. Halldorsson dan Skjoett-Larsen (2004) dalam Stefansson (2005) mengusulkan model dengan empat langkah berbeda: pertukaran pasar, solusi logistik khusus, solusi logistik bersama, dan solusi logistik in-house. Model tingkat ini menunjukkan tiga tingkat layanan outsourcing yang berbeda dan salah satunya adalah pertukaran pasar.
Delfmann dkk. (2002) dalam Stefansson (2005) mengajukan model dari berbagai jenis penyedia layanan logistik terkait dengan layanan yang diberikan. Cluster penyedia layanan logistik pertama menyediakan layanan standar yang diambil dari beberapa kegiatan inti seperti transportasi dan layanan gudang. Cluster kedua menyediakan layanan yang digabungkan, layanan standar disatukan dalam paket yang memenuhi permintaan pelanggan. Cluster ketiga dan terakhir adalah layanan yang benar-benar disesuaikan (customization).
Selanjutnya terdapat pula konsep kegiatan yang lebih maju yang semata-mata didasarkan pada layanan administrasi yang dikenal dengan penyedia layanan logistik pihak keempat. Sebagian besar perusahaan penyedia layanan logistik pihak keempat tidak memiliki aset seperti fasilitas gudang, armada sendiri, dan sebagainya. Penyedia layanan logistik pihak keempat memberikan layanan kepada pelanggan dalam bentuk tanggung jawab dan pengetahuan tentang bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan. Pergerakan fisik barang diserahkan ke penyedia layanan pihak ketiga. Penyedia layanan logistik pihak keempat dikenal pula dengan perantara layanan logistik (logistics service intermediary).
Hubungan antara tingkat layanan dari penyedia layanan logistik pihak ketiga dan tingkat penyesuaian (customization) diberikan pada Gambar 1. Layanan yang semakin canggih/maju diberikan oleh penyedia layanan logistik dan perantara layanan logistik, sementara layanan dasar lebih terkonsentrasi pada pembawa muatan. Layanan lanjutan cenderung lebih disesuaikan daripada layanan tingkat menengah atau dasar. Alasan di balik berbagai layanan yang disesuaikan adalah selain menawarkan layanan yang diinginkan pelanggan, tetapi juga seperti yang diusulkan dalam karya Sink dkk. (1996) dalam Stefansson (2005), “lebih penting bagi penyedia untuk mengembangkan solusi jangka panjang yang saling menguntungkan daripada memberikan perbaikan/layanan cepat yang tidak memenuhi kebutuhan yang sebenarnya”.
Sejumlah studi kasus peran pembawa muatan dan penyedia layanan logistik diobservasi, antara lain adalah Schenker International, Schenker AB di Swedia, dan Schenker A/S di Denmark yang memberikan layanan untuk Dell Computers di Irlandia dan untuk Grundfos A/S di Denmark. Selain itu, terdapat pula Celexor di Swedia yang memberikan layanan administrasi untuk IKEA di Swedia dan DSC Logistics di Amerika Serikat yang memberikan layanan logistik, terutama layanan gudang, untuk Kimberly-Clark di wilayah Chicago. Berikut adalah uraian studi kasus tersebut:
- Pengaturan distribusi Grundfos–kasus Schenker. Pengaturan tersebut termasuk pengisian ulang pusat distribusi di Eropa dari salah satu pabrik Grundfos, dari Bjerringbro, Denmark, dua truk dengan dua pengemudi mengendarai rute tetap dengan tingkat pengisian 70-95 persen setiap kalinya. Untuk memenuhi pesanan pelanggan, produk diambil oleh Schenker dari pusat distribusi dan dipindahkan ke terminal Schenker. Produk dikonsolidasikan di terminal cross docking dan selanjutnya dikirim langsung ke pelanggan tanpa berhenti pada unit penjualan lokal di setiap negara yang terlibat.
- Pengaturan distribusi Dell-kasus Schenker. Kasus Dell Computer melibatkan distribusi komputer dari pabrik di Limerick di Irlandia dan periferal dari gudang di Tilburg, Belanda, kepada pelanggan di negara-negara Skandinavia melalui terminal di Kopenhagen. Produk tiba di terminal Schenker di Kopenhagen dan digabung di lokasi tersebut sesuai dengan pesanan pelanggan sebelum melanjutkan distribusi ke pelanggan akhir di negara-negara Skandinavia.
- Pengaturan distribusi Kimberly-Clark kasus DSC. Pada kasus ini, layanan gudang dianalisis. Kimberly-Clark mengirimkan satu truk penuh produk-produk higienis ke gudang logistik DSC tempat produk disimpan. Ketika pesanan pengiriman tiba dari Kimberly-Clark ke DSC Logistics, ketersediaan diperiksa dan produk dipetik sesuai dengan pesanan pengecer. Pengiriman kemudian dikemas sesuai dengan spesifikasi dan dikirim ke pengecer, Wal-Mart, dalam hal ini yang menerima dan memverifikasi produk.
- Pengaturan distribusi IKEA–kasus Celexor. Pada kasus ini, pengaturan distribusi yang sepenuhnya outsourcing dianalisis. Celexor bertanggung jawab untuk mengoordinasi pengisian ulang sembilan pemasok Swedia dan untuk mencapai persyaratan volume minimum ke 15 toko dan 11 pusat distribusi di Eropa Barat Laut. Pengaturan distribusi mencakup terminal cross docking yang dilalui sebagian besar pengiriman (Stefansson, 2005).
14 April 2020
Referensi:
Stefansson, G. (2005): Collaborative Logistics Management And The Role Of Third-Party Service Providers, International Journal of Physical Distribution & Logistics Management, 36, 76-92.
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.
Download artikel ini:
SCI - Artikel Peran Penyedia Layanan Logistik dalam Sistem Logistik Kolaboratif (Bagian 1 dari 2 tulisan) (876.2 KiB, 161 hits)