Sistem logistik pangan Indonesia dinilai masih belum optimal. Hal ini diindikasikan dari biaya logistik pada rantai pasok pangan dan hortikultura yang masih berkisar 20 hingga 30 persen dari harga pokok penjualan. Kondisi tersebut dipicu oleh tidak efisiennya aktivitas logistik yang terjadi pada rantai pasok bahan pangan tersebut, yang berdampak pada tingkat kestabilan dan keterjangkauan harga komoditas pangan.
Hal ini ditegaskan Kepala Group Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra pada Seminar Nasional “Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan”, di Semarang, Selasa (10/10).
Menurut Rahmat, ketahanan pangan menjadi isu strategis mengingat sektor pangan merupakan salah satu sektor strategis dalam pembangunan Indonesia karena hal itu merupakan tumpuan utama bagi penghidupan sebagian besar masyarakat Indonesia yang tinggal di perdesaan.
Hal ini menyebabkan ketahanan pangan berhubungan erat dengan permasalahan sosial ekonomi lain seperti tingkat kestabilan dan keterjangkauan harga komoditas. “Apabila tidak tertangani dengan baik masalah ini akan semakin membebani tingkat kemiskinan masyarakat,” katanya.
Data Kemiskinan Provinsi Jawa Tengah di bulan Maret 2017, jelasnya, menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin masih sebanyak 4,45 juta orang (13,01 persen). Jumlah ini mengalami penurunan apabila dibandingkan periode yang sama, tahun 2016 sebanyak 4,49 juta orang (13,27 persen).
Sumber dan berita selengkapnya:
Salam,
Divisi Informasi