Oleh: Nova Indah Saragih
Dosen Program Studi Teknik Industri
Universitas Telkom
Supply Chain Management (SCM) diterapkan utamanya untuk mengoptimalkan operasi dengan ongkos minimum. Dengan kata lain, SCM konvensional lebih memperhatikan perolehan keuntungan ekonomi dengan mengabaikan aspek sosial dan lingkungan. Namun, konsumsi berlebihan sumber daya alam dan intensifikasi pencemaran lingkungan telah menjadi masalah mendesak yang dihadapi oleh organisasi atau perusahaan, khususnya di wilayah perkotaan. Banyak penelitian telah mencoba untuk mengeksplorasi solusi baru untuk memasukkan keberlanjutan ke dalam SCM, sehingga dihasilkan konsep seperti manajemen rantai pasokan hijau/green and sustainable supply chain management (GSSCM) dan manajemen rantai pasokan berkelanjutan/sustainable supply chain management (SSCM).
Pendekatan GSSCM didefinisikan sebagai mengintegrasikan pemikiran lingkungan ke dalam SCM, termasuk desain produk, sumber dan pemilihan material, proses manufaktur, pengiriman produk akhir ke konsumen, dan manajemen akhir masa pakai produk setelah masa manfaatnya. Mempertimbangkan peran pentingnya dalam mendorong restrukturisasi ekonomi dan membangun masyarakat yang maju secara harmonis dan berkelanjutan, beberapa langkah efektif untuk mendorong praktik GSSCM, seperti peraturan cap-and-trade, kebijakan subsidi rendah karbon, dan peraturan pajak karbon.
SSCM dapat didefinisikan sebagai “pengelolaan aliran material, informasi, dan modal serta kerja sama antara perusahaan di sepanjang rantai pasokan dengan mempertimbangkan tujuan dari ketiga dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial, yang mana berasal dari kebutuhan pelanggan dan pemangku kepentingan”. Definisi ini menekankan tiga hal esensial:
- Kerja sama dari semua mitra dalam rantai pasokan.
- Pertimbangan yang sama dari ketiga dimensi keberlanjutan, yaitu apa yang disebut pendekatan Triple Bottom Line (TBL).
- Perhatian khusus kepada pemangku kepentingan rantai pasokan, yang memiliki persyaratan yang sah untuk kegiatan rantai pasokan.
Menurut Prasad dkk. (2020), perusahaan menerapkan SSCM lebih karena ancaman eksternal dari pasar, pelanggan, dan peraturan. Kekuatan eksternal memberikan dampak signifikan pada struktur dan sistem organisasi. Namun, dampaknya terhadap praktik SSCM tidak begitu signifikan dan tidak memengaruhi hasil kinerja organisasi. Faktor organisasi muncul pada urutan signifikansi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan eksternal terhadap hasil kinerja organisasi. Faktor internal organisasi yang sangat mempengaruhi praktik rantai pasokan berkelanjutan dan akibatnya mengarah ke tingkat kinerja keberlanjutan yang lebih tinggi.
Organisasi perlu memiliki kebijakan pengadaan berkelanjutan dan pedoman kerja yang terdokumentasi. Keberhasilan terletak pada mengidentifikasi inisiatif spesifik apa yang harus diambil dan bagaimana mengukurnya. Inisiatif-inisiatif tersebut saat ini berhubungan dengan pengadaan hijau, pengurangan jejak karbon, penghematan energi, penghematan sumber daya, inisiatif tindakan sosial dan afirmatif dan akhirnya kontribusi terhadap keuntungan dan penghematan biaya. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan, jika pemasok juga dipilih berdasarkan komitmennya terhadap keberlanjutan.
Inovasi dalam SCM telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan penggunaan teknologi baru secara ekstensif (misalnya Internet of Things (IoT), teknologi blockchain, komputasi awan, dan big data). Sejalan dengan ini, perlu dicatat bahwa platform online adalah pembawa inovasi yang penting di SCM. Oleh karena itu, menghijaukan seluruh rantai pasokan dan mempromosikan perkembangan pesat ekonomi platform sama pentingnya.
Platform telah digunakan secara luas dan semakin banyak perusahaan yang bergabung dengan platform pihak ketiga online untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Platform tersebut mungkin memiliki model operasional yang berbeda, seperti menerapkan komisi untuk setiap transaksi antara penjual dan pembeli (sebagaimana pada Tmall.com) atau membeli produk dari produsen dan menjualnya kembali ke konsumen (misalnya JD.com); namun, juga dapat memiliki pendekatan serupa, seperti contoh dari dua platform yang disebutkan di atas, yang keduanya mengeksplorasi strategi ritel omni-channel. Platform tersebut bersaing dan perusahaan yang bergabung mungkin menghadapi lebih banyak gangguan permintaan saat bergabung dengan platform pihak ketiga online tersebut. Perusahaan juga menghadapi banyak kesulitan saat bergabung, seperti ketidakpastian permintaan dan persaingan antarplatform. Namun, bergabung dengan platform dapat meningkatkan daya saing produk dan menarik lebih banyak konsumen.
Kemungkinan mengakses lebih banyak sumber daya dan kebutuhan untuk melayani semakin banyak pelanggan telah membuat bisnis berbasis platform mempertimbangkan masalah keberlanjutan dan praktik SCM, yang menjadi semakin populer. Memasukkan keberlanjutan ke dalam SCM konvensional untuk mencapai tujuan pemerintah dan mengatasi masalah publik memerlukan pertimbangan simultan dari optimalisasi aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Implementasi GSSCM dapat berimplikasi pada ketiga level tersebut. Pertama, perluasan SCM tradisional melalui pemanfaatan ekonomi yang maksimal masih yang dapat diperoleh, seperti peningkatan pangsa pasar. Kedua, dari segi sosial, yang mengarah pada peningkatan citra produk dan hubungan perusahaan dengan masyarakat pemangku kepentingan. Ketiga, dari perspektif lingkungan, dapat membantu organisasi memaksimalkan kinerja lingkungan dan meminimalkan pembuangan polusi.
SCM memainkan peran penting dalam keberhasilan pasar global. Namun, banyak peneliti percaya bahwa pembangunan ekonomi berbasis SCM tradisional adalah tidak berkelanjutan karena mengarah pada kerusakan ekologis. GSCM dianggap dapat meningkatkan keberlanjutan SCM konvensional dengan menekankan tanggung jawab lingkungan. Dibandingkan dengan GSCM, definisi SSCM lebih spesifik, tidak hanya berfokus pada tanggung jawab lingkungan tetapi juga pada alur dan koordinasi operasional. Keduanya menekankan keberlanjutan bisnis dalam SCM tradisional.
Ekonomi platform adalah model pengembangan ekonomi baru berdasarkan teknologi digital, yang telah menjadi komponen penting dari transformasi informasi di tingkat bisnis. Ekonomi pasar tradisional tidak sejalan dengan era internet. Oleh karena itu, ekonomi platform telah berkembang pesat dalam berbagai bentuk, seperti ekonomi sirkular atau berbagi. Penerapannya yang luas telah membentuk kembali perilaku kompetitif di berbagai industri dan merekonstruksi struktur pasar ekonomi global. Dengan munculnya era digital dan informasi, semakin banyak perusahaan, seperti Google, JD.com, Baidu, dan Alibaba, telah menerapkan platform dalam bisnis mereka, sehingga membuat mereka menonjol.
Ekonomi platform juga memfasilitasi ide-ide baru untuk mengimplementasikan GSSCM. Di satu sisi, didorong oleh pendekatan big data, IoT, komputasi awan, kecerdasan buatan, dan teknologi digital lainnya, yang dapat memberikan dukungan teknis untuk pengembangan GSSCM. Di sisi lain, sistem rantai pasokan point-to-point dapat diatur dalam konteks ekonomi platform, yang dapat membantu pemasok memasang sistem informasi rantai pasokan dan sistem logistik dan lebih meningkatkan kinerja operasi di GSSCM. Pada dasarnya, perlu digabungkan penggunaan platform dengan manajemen rantai pasokan untuk mencapai keberlanjutan bisnis dan pertumbuhan hijau. Dengan menerapkan paradigma ekonomi platform secara wajar, maka dapat dipromosikan inovasi teknologi dan meningkatkan manajemen kinerja (Song dkk., 2022).
8 Juni 2022
Referensi:
- Prasad, D.S., Pradhan, R.P., Gaurav, K., dan Sabat, A.K. (2020): Critical Success Factors of Sustainable Supply Chain Management and Organizational Performance: An Exploratory Study, Transportation Research Procedia, 48: 327–344.
- Song, M., Fisher, de Sousa Jabbour, R.A.B.L, dan Gonzalez, E.D.R. S. (2022): Green and sustainable supply chain management in the platform economy, International Journal of Logistics Research and Applications, 25:4-5, 349-363, DOI:10.1080/13675567.2022.2045763
*Isi artikel merupakan pemikiran penulis dan tidak selalu mencerminkan pemikiran atau pandangan resmi Supply Chain Indonesia.